13/08/2025

Bingung Ngembak Geni Mau ke Mana? Ke Jimbaran Yuk Lihat Tradisi Siat Yeh

tradisi ini hanya digelar setelah nyepi di bali

Tradisi Siat Yeh di Jimbaran yang digelar usai Nyepi atau ketika Ngembak Geni/ Wikimedia Commons/ Balikonten

 

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Tradisi Siat Yeh biasanya dilaksanakan rutin setiap tahun sehari setelah Hari Raya Nyepi atau yang dikenal sebagai Ngembak Geni. Tradisi ini adalah salah satu upacara budaya yang sangat khas di Banjar Teba, Desa Adat Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, yang dimana sebagai bentuk penglukatan agung, yang dimulai dengan mendak tirta di dua sumber air yang berbeda, yaitu Pantai Suwung atau Rawa di sebelah Timur dan Pantai Segara di sebelah Barat Jimbaran.

Dalam pelaksanaannya, masyarakat Banjar Teba bekerja sama dengan STT Bhakti Asih dan mengangkat tema “Mulat Ing Sarira”, yang artinya adalah introspeksi diri sebagai bentuk perenungan bagi setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Siat Yeh tidak hanya sekedar sebuah upacara adat, namun juga menjadi ajang untuk bersyukur dan menunjukkan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Dari upacara ini, masyarakat diharapkan dapat memperbaiki dan menyempurnakan diri mereka agar dapat hidup lebih baik di masa depan. Selain itu, Siat Yeh menjadi kesempatan bagi warga untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dalam rangka mempererat hubungan sosial antarwarga Banjar Teba.

[irp]

Penting untuk dicatat bahwa tradisi ini sudah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh pemerintah, yang merupakan pengakuan resmi akan keberlanjutan dan nilai sejarah yang terkandung dalam tradisi ini. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa masyarakat Jimbaran, khususnya Banjar Teba, sangat berkomitmen untuk menjaga, melestarikan, dan menghidupkan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur mereka.

Dalam acara yang berlangsung pada Ngembak Geni, Sekretaris Daerah (Sekda) Badung, I Wayan Adi Arnawa, memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap keberhasilan masyarakat Jimbaran dalam mempertahankan tradisi ini.

Ia menyatakan bahwa tradisi Siat Yeh tidak hanya menjadi bagian penting dari budaya lokal Bali, tetapi juga menjadi daya tarik yang patut dilestarikan karena memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat kaya.

[irp]

Ia juga mengingatkan bahwa pariwisata Bali sangat bergantung pada kekayaan budaya daerah ini, sehingga menjaga serta memperkuat budaya seperti Siat Yeh akan memperkuat sektor pariwisata Bali, khususnya di Badung.

Sebagai bentuk dukungan pemerintah, pemerintah Badung memberikan bantuan hibah sebesar Rp30 juta yang akan digunakan untuk memperlancar pelaksanaan tradisi tersebut.

Dukungan ini tidak hanya mencerminkan perhatian terhadap pelestarian budaya, tetapi juga merupakan bagian dari komitmen untuk memperkuat sektor pariwisata berbasis budaya yang menjadi roh kehidupan masyarakat Bali, khususnya di Badung.

[irp]

Selain itu, kegiatan Siat Yeh juga menjadi sarana yang mempererat rasa kebersamaan di antara masyarakat. Sebagai contoh, Kelian Adat Banjar Teba, I Wayan Eka Santa Purwita dalam sebuah wawancara menjelaskan bahwa Siat Yeh merupakan hasil rekonstruksi dari kebiasaan masyarakat pesisir Jimbaran yang diapit oleh dua laut, yakni Laut Suwung di timur dan Laut Segara di barat. Ini mencerminkan kehidupan masyarakat yang terbiasa bekerja dengan alam dan laut di kedua sisi pantai tersebut.

Perayaan Siat Yeh merupakan bentuk ungkapan rasa syukur dan kebersamaan masyarakat pesisir yang lahir dari nilai-nilai lokal yang diwariskan. Dalam acara tersebut, berbagai unsur budaya, seperti gamelan dan nyanyian, turut memeriahkan acara sebagai wujud seni dan kebudayaan yang erat kaitannya dengan identitas masyarakat Banjar Teba.

[irp]

Harapan ke depan, tradisi Siat Yeh tidak hanya menjadi acara ritual yang terbatas di Banjar Teba, tetapi dapat berkembang menjadi sebuah festival tahunan yang dikenal dengan nama “Jimbaran Festival”.

Santa Purwita menambahkan, mereka ingin menggali lebih banyak tradisi dan kebudayaan yang ada di Jimbaran agar dapat dikenal lebih luas, serta menjadi daya tarik wisata yang menarik pengunjung dari berbagai penjuru dunia.

“Kami berharap Siat Yeh ini tidak hanya dipertahankan, tetapi juga menjadi cikal bakal untuk menggali lebih banyak tradisi terpendam lainnya. Ini akan memperkaya budaya kami dan menjadikan Jimbaran lebih dikenal dunia,” pungkasnya dengan penuh harapan.

[irp]

Siat Yeh adalah sebuah tradisi budaya yang bukan hanya berfungsi sebagai ajang syukur, tetapi juga sebagai upaya untuk memelihara nilai-nilai kebersamaan dan kesadaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jimbaran.

Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat yang terus menjaga dan melestarikannya, tradisi ini dipastikan akan tetap eksis dan berkembang seiring waktu, memberi manfaat tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga untuk pariwisata Bali yang berbasis budaya.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!