Seputar Bali

Dewasa Ayu Sabtu, 10 Mei 2025 Baik untuk Mencari Burung

jadwal rahinan selama januari 2025

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Dalam budaya Bali, menentukan hari baik atau dewasa ayu untuk berbagai aktivitas merupakan tradisi yang mengakar kuat. Tradisi ini berlandaskan pada perhitungan ala-ayuning dewasa, sebuah sistem penanggalan yang memadukan unsur spiritual, kosmologi, dan keseimbangan alam. Artikel ini akan membahas beberapa konsep penting seperti Catur Laba, Kala Brahma, Kala Dangastra, dan lainnya, yang menjadi panduan masyarakat Bali dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dengan memahami makna dan pantangan ini, kita dapat menghormati kearifan lokal sekaligus menerapkannya dengan bijak untuk kehidupan yang harmonis.

Catur Laba: Hari Baik untuk Perjalanan dan Upacara

Salah satu hari baik yang dikenal dalam tradisi Bali adalah Catur Laba. Hari ini dianggap ideal untuk bepergian, terutama menuju arah utara, serta melaksanakan upacara Manusa Yadnya (upacara siklus hidup manusia seperti pernikahan atau potong gigi) dan Pitra Yadnya (upacara untuk leluhur). Dengan tingkat Alahing Dewasa 4, Catur Laba memiliki energi positif yang mendukung keberhasilan aktivitas tersebut. Bagi masyarakat Bali, memilih hari ini untuk perjalanan atau upacara bukan hanya soal tradisi, tetapi juga keyakinan akan kelancaran dan keberkahan.

Kala Brahma: Waspada terhadap Energi Panas

Berbeda dengan Catur Laba, Kala Brahma membawa makna yang lebih berhati-hati. Dengan tingkat Alahing Dewasa 3, hari ini dikaitkan dengan energi kepanasan atau kesakitan. Masyarakat Bali biasanya menghindari aktivitas besar seperti memulai proyek penting atau mengadakan perayaan pada hari ini. Filosofinya, energi Kala Brahma dapat memengaruhi keseimbangan emosi dan fisik, sehingga lebih baik digunakan untuk refleksi atau kegiatan ringan.

Kala Dangastra: Cocok untuk Konstruksi dan Alat Tangkap

Hari Kala Dangastra memiliki karakteristik unik. Hari ini dianggap baik untuk membangun tembok pekarangan atau membuat alat penangkap ikan, tetapi tidak disarankan untuk memulai pekerjaan penting atau mengadakan upacara (gawe ayu). Dengan tingkat Alahing Dewasa 3, Kala Dangastra mendukung aktivitas yang berkaitan dengan struktur fisik atau kebutuhan praktis, namun kurang ideal untuk kegiatan seremonial.

BACA JUGA:  Sampi Gumarang Turun Dewasa Ayu Membangun Rumah dan Menanam Padi

Kala Suwung dan Uncal Balung: Hari yang Perlu Kehati-hatian

Kala Suwung dan Uncal Balung adalah dua hari yang dianggap kurang mendukung untuk aktivitas penting. Kala Suwung (Alahing Dewasa 3) tidak baik untuk dewasa ayu atau berkunjung, sehingga lebih cocok untuk kegiatan introspeksi atau istirahat. Sementara itu, Uncal Balung (Alahing Dewasa 3) memiliki pantangan yang lebih luas, di mana semua jenis pekerjaan penting sebaiknya dihindari. Dalam budaya Bali, hari-hari ini dihormati dengan mengurangi aktivitas besar untuk menjaga keseimbangan spiritual.

Pepedan: Membuka Lahan Baru

Bagi petani, hari Pepedan adalah waktu yang baik untuk membuka lahan pertanian baru. Namun, hari ini tidak cocok untuk membuat peralatan dari besi. Dengan tingkat Alahing Dewasa 3, Pepedan memberikan energi yang mendukung aktivitas agraris, mencerminkan hubungan erat masyarakat Bali dengan alam.

Sri Tumpuk: Hari untuk Mencari Burung

Hari Sri Tumpuk (Alahing Dewasa 4) adalah waktu yang ideal untuk aktivitas seperti mencari burung atau memikat. Dalam konteks tradisional, kegiatan ini tidak hanya tentang berburu, tetapi juga tentang memahami alam dan menjaga keseimbangan ekosistem. Hari ini membawa energi positif untuk kegiatan yang berkaitan dengan fauna.

Pararasan dan Pancasuda: Filosofi Mendalam di Balik Hari

Selain penentuan hari baik, tradisi Bali juga memperhatikan Pararasan (Laku Api), Pancasuda (Satria Wibawa), Ekajalaresi (Dahat Kingking), dan Pratiti (Wedana). Elemen-elemen ini memberikan dimensi filosofis yang lebih dalam. Misalnya, Laku Api melambangkan semangat dan energi, sementara Satria Wibawa mencerminkan keberanian dan wibawa. Kombinasi ini membantu masyarakat Bali memahami karakter hari tertentu dan menyesuaikan aktivitas mereka.

Mengapa Tradisi Ini Penting?

Tradisi ala-ayuning dewasa bukan sekadar superstition, melainkan kearifan lokal yang mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan alam semesta. Dengan mengikuti panduan seperti Catur Laba, Kala Brahma, atau Pepedan, masyarakat Bali menjaga harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini juga relevan di era modern, di mana kita sering kali terburu-buru dan lupa untuk menghormati ritme alam.

BACA JUGA:  Makna, Bante hingga Doa Hari Raya Saraswati, Penghormatan kepada Ilmu Pengetahuan

Bagi Anda yang ingin menerapkan kearifan ini, mulailah dengan mempelajari kalender Bali atau berkonsultasi dengan tokoh adat setempat. Dengan begitu, Anda tidak hanya menghormati budaya, tetapi juga menemukan cara untuk hidup lebih selaras dengan alam.

Kesimpulan: Tradisi penentuan hari baik di Bali adalah cerminan kearifan lokal yang kaya makna. Dari Catur Laba yang mendukung perjalanan hingga Kala Suwung yang mengajak kita berhenti sejenak, setiap hari membawa pelajaran tentang keseimbangan. Dengan memahami dan menghormati tradisi ini, kita dapat menjalani hidup dengan lebih bijak dan harmonis. ***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: