Harga Emas Anjlok Tajam Hari Ini Imbas Gencatan Senjata Israel-Iran
Emas sebagai simbol salah satu kekayaan/ pixabay/ balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Harga emas dunia mengalami penurunan drastis pada Selasa (24/6/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Pengumuman ini meredakan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yang sebelumnya menjadi pendorong utama kenaikan harga emas sebagai aset safe haven. Akibatnya, permintaan emas langsung merosot, membuat harga logam mulia ini kehilangan daya tariknya di pasar global.
Penurunan Harga Emas di Pasar Spot
Pada perdagangan pagi ini hingga pukul 06.45 WIB, harga emas di pasar spot tercatat anjlok 0,67% ke level US$3.345,82 per troy ons, menurut data pasar. Ini menjadi titik terendah sejak 10 Juni 2025. Penurunan ini kontras dengan pergerakan harga emas pada Senin (23/6/2025), yang sempat naik tipis 0,02% ke US$3.368,51 per troy ons, meski sebelumnya melemah 0,07% pada Jumat pekan lalu.
Pengumuman Gencatan Senjata oleh Trump
Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran melalui platform media sosialnya, Truth Social, pada Senin sore waktu AS atau Selasa dini hari (24/6/2025) waktu Indonesia. Dalam unggahannya yang ditulis dengan huruf kapital, Trump menyatakan bahwa kedua negara telah sepakat untuk menghentikan konflik mulai Selasa tengah malam.
“SELAMAT KEPADA SEMUA ORANG!” tulis Trump. Ia menjelaskan bahwa gencatan senjata akan berlangsung selama 12 jam, di mana Iran memulai pada jam pertama, diikuti Israel pada jam ke-12. Pada jam ke-24, perang yang disebutnya “Perang 12 Hari” akan resmi berakhir. Trump juga menegaskan bahwa kedua pihak diharapkan menjaga perdamaian selama periode ini dan memuji stamina, keberanian, serta kecerdasan Israel dan Iran dalam mengakhiri konflik yang berpotensi menghancurkan Timur Tengah.
Dampak pada Pasar Emas
Meredanya ketegangan geopolitik membuat emas kehilangan daya tariknya sebagai aset safe haven. Sebelumnya, harga emas sempat menguat pada Senin karena pasar memantau respons Iran terhadap serangan AS di situs nuklirnya. “Ketidakpastian geopolitik yang berkelanjutan biasanya mendukung harga emas,” kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas Saxo Bank, kepada Reuters. Namun, ia menambahkan bahwa penguatan dolar AS sebesar 0,6% terhadap mata uang lain turut membatasi kenaikan harga emas, karena logam mulia menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang non-dolar.
Fokus Pasar pada Pidato Jerome Powell
Pelaku pasar kini mengalihkan perhatian pada pidato Chairman Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, yang dijadwalkan berbicara di hadapan Kongres AS pada Selasa dan Rabu (24-25/6/2025). Pada Selasa, Powell akan menyampaikan Laporan Kebijakan Moneter Semesteran di hadapan U.S. House Financial Services Committee, diikuti dengan sesi di U.S. Senate Committee on Banking, Housing, and Urban Affairs pada Rabu. Pidato ini dinanti-nanti setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pekan lalu, dengan proyeksi yang lebih pesimis terhadap pemangkasan suku bunga di masa depan.
Investor memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin hingga akhir 2025. Emas batangan dikenal performa baik di lingkungan suku bunga rendah dan saat ketidakpastian ekonomi meningkat. Namun, penguatan dolar dan meredanya konflik Timur Tengah untuk saat ini menekan harga emas di pasar global.
***