15/10/2025

IHSG Siang Ini Melemah Tipis, Tiga Sektor Tetap Hijau di Tengah Sentimen Global

gambaran IHSG Terperosok Hampir 2%, Kembali ke Zona 6.900-an

IHSG Terperosok Hampir 2%, Kembali ke Zona 6.900-an/ balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi siang ini, Senin (7 Juli 2025), mengalami penurunan ringan sebesar 0,05%, atau turun 3,47 poin, hingga bertengger di level 6.861,72. Meski pasar saham domestik sedikit tertekan, tiga sektor berhasil bertahan di zona hijau, memberikan secercah optimisme di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan.

Berdasarkan data bursa, pergerakan saham menunjukkan 321 saham melemah, 233 saham menguat, dan 230 saham stagnan. Nilai transaksi hari ini terbilang lesu, hanya mencapai Rp3,57 triliun, jauh di bawah rata-rata transaksi harian bursa yang biasanya lebih ramai.

Sektor Penopang dan Pemberat IHSG

Menurut laporan Refinitiv, mayoritas sektor di bursa saham Indonesia terperosok ke zona merah. Namun, sektor utilitas, konsumer nonprimer, dan finansial mampu bertahan dengan catatan positif. Di sisi lain, sektor bahan baku menjadi yang terpukul paling keras dengan penurunan 0,94%, diikuti oleh sektor kesehatan (-0,64%), properti (-0,46%), dan industri (-0,21%).

Beberapa saham menjadi penyebab utama tekanan pada IHSG. Saham AMMN menyumbang penurunan terbesar dengan -3,95 poin, diikuti TPIA (-3,38 poin), BYAN (-2,17 poin), BMRI (-1,76 poin), dan BBCA (-1,7 poin). Meski demikian, pergerakan saham-saham ini tidak sepenuhnya mencerminkan sentimen pasar secara keseluruhan.

Dinamika Sentimen Global dan Domestik

Pasar keuangan Indonesia saat ini dipengaruhi oleh kombinasi sentimen domestik dan global. Di dalam negeri, Bank Indonesia memberikan sinyal positif dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga, yang dapat mendorong likuiditas pasar. Sementara itu, dari Amerika Serikat, optimisme serupa muncul dengan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve, yang menjadi angin segar bagi pasar global.

Namun, ketidakpastian global masih membayangi. Kebijakan perang tarif yang kembali digaungkan di era kepemimpinan Donald Trump, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang kian suram, membuat pasar berjalan di atas ketidakpastian. Lonjakan biaya logistik dan pelemahan nilai tukar dolar AS juga memicu kekhawatiran akan potensi resesi global. Negara-negara kini berlomba mengamankan kesepakatan perdagangan sebelum tenggat waktu tarif baru AS pada 9 Juli 2025.

Peluang di Tengah Ketidakpastian

Meski tekanan global cukup kuat, sinyal-sinyal positif dari kebijakan moneter di AS dan Indonesia memberikan harapan bagi pelaku pasar. Investor disarankan untuk tetap cermat memantau perkembangan kebijakan fiskal, dinamika geopolitik, dan pergerakan sektor-sektor unggulan seperti finansial dan konsumer nonprimer yang masih menunjukkan ketahanan.

Dengan pergerakan IHSG yang fluktuatif, pelaku pasar perlu mengedepankan strategi jangka panjang dan diversifikasi portofolio untuk mengantisipasi gejolak pasar. Di tengah tantangan, peluang tetap terbuka bagi investor yang mampu membaca arah angin ekonomi global dan domestik.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!