DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan berat pada penutupan perdagangan Kamis (19/6/2025). Indeks acuan pasar saham Indonesia ini anjlok 1,96% atau merosot 139 poin, berlabuh di level 6.968,64. Penurunan tajam ini membawa IHSG kembali ke kisaran 6.900-an, mencerminkan sentimen pasar yang tengah volatile.
Data perdagangan menunjukkan bahwa mayoritas saham terpukul keras, dengan 571 saham melemah, hanya 92 saham yang menguat, dan 139 saham stagnan. Aktivitas pasar cukup ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp13,97 triliun dari 24,9 miliar saham yang berpindah tangan melalui 1,45 juta kali transaksi. Akibat pelemahan ini, kapitalisasi pasar bursa juga menyusut menjadi Rp12.223,67 triliun.
Pemberat IHSG: Saham Blue Chip dan Perbankan
Penurunan IHSG kali ini dipicu oleh kinerja buruk saham-saham unggulan (blue chip) dan sektor perbankan. Selain itu, seluruh sektor perdagangan di bursa tanpa terkecuali mengalami koreksi, dengan sektor konsumer primer dan konsumer non-primer menjadi yang paling terdampak.
Dinamika Penurunan Sektor Konsumer
Menurut Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, pelemahan sektor konsumer tidak lepas dari tren penurunan daya beli kelas menengah yang terus berlangsung sejak pandemi COVID-19. “Penurunan ini lebih mencerminkan dinamika ekonomi, khususnya tren menyusutnya kelas menengah di Indonesia,” ungkap Nafan saat diwawancarai CNBC Indonesia, Kamis (19/6/2025).
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini lebih ditopang oleh kelas atas, sementara kelas menengah cenderung meningkatkan tabungan ketimbang konsumsi. Hal ini membuat sektor konsumer, terutama non-primer, rentan terhadap tekanan ekonomi.
Suku Bunga dan Sentimen Ekonomi
Sementara itu, Analis Mata Uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyoroti bahwa sektor konsumer non-primer sangat peka terhadap kondisi ekonomi. “Kondisi ini mencerminkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap prospek ekonomi ke depan,” katanya.
Lukman juga menyinggung tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang dianggap terlalu tinggi di tengah inflasi rendah. “Pelaku pasar berharap BI segera menurunkan suku bunga untuk mendorong aktivitas ekonomi,” tambahnya.
Prospek Pasar ke Depan
Koreksi IHSG kali ini menjadi cerminan tantangan ekonomi domestik, mulai dari melemahnya daya beli hingga ekspektasi kebijakan moneter. Meski demikian, pelaku pasar disarankan untuk tetap memantau perkembangan makroekonomi dan dinamika global yang dapat memengaruhi pergerakan indeks. Dengan strategi investasi yang cermat, peluang untuk memanfaatkan volatilitas pasar tetap terbuka lebar.