13/09/2025

Jadikan Karya Sastra dan Jurnalistik sebagai Tugas Akhir
PWI Bali Apresiasi Terobosan UPMI Bali

Jadikan Karya Sastra dan Jurnalistik sebagai Tugas Akhir

Jadikan Karya Sastra dan Jurnalistik sebagai Tugas Akhir/ balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – 

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Bali mengapresiasi terobosan Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali yang memberi keleluasaan mahasiswanya memilih jenis tugas akhir. Jika sebelumnya hanya skripsi, kini UPMI Bali membuka jenis tugas akhir lainnya, salah satunya karya sastra maupun jurnalistik.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua PWI Privinsi Bali, I Nyoman Winata saat menjadi narasumber dalam acara Temu Alumni dan Bedah Buku Tugas Akhir Mahasiswa yang dilaksanakan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), UPMI Bali di Auditorium Redha Gunawan, Kampus UPMI Bali, Denpasar, Selasa (19/8). Selain Winata, bedah buku juga menampilkan narasumber dosen Undiksha, I Wayan Artika. Winata membedah buku kumpulan berita kisah Sukawati, Ya Seni karya I Wayan Dede Putra Wiguna sedangkan Artika membedah buku kumpulan cerpen Bapak Berdiri di Ambang Pintu karya Kadek Windari.

Winata menyebut karya jurnalistik sebagai tugas akhir sudah dilakukan perguruan tinggi di Semarang pada 2014 lalu. Saat itu, dirinya sebagai Direktur Semarang TV diminta sebagai pembimbing dan penguji tugas akhir mahasiswa berupa produk siaran liputan jurnalistik. “UPMI Bali sudah berani melakukan terobosan sehingga ini layak diapresiasi,” kata Winata.

Winata juga menyatakan salut kepada mahasiswa UPMI Bali yang mau mengambil tugas akhir proyek inovatif jurnalistik sastrawi dengan membuat buku kumpulan berita kisah (feature). Dalam waktu enam bulan, mahasiswa yang bukan wartawan profesional, bisa merampungkan 14 berita kisah dengan topik tertentu.

“Wartawan yang bisa menulis feature berarti selevel di atas wartawan biasa. Jadi, ini luar biasa, mahasiswa bisa menghasilkan buku kumpulan feature. Mereka yang sudah menjadi wartawan selama belasan atau puluhan tahun pun belum tentu bisa menulis feature dengan baik,” kata redaktur pelaksana Bali Post ini.

Namun, Winata memberikan catatan, menulis feature itu gampang-gampang susah. Sepintas terlihat gampang karena gaya penulisannya lebih bebas. “Harus tetap hati-hati agar tidak terjebak ke dalam opini yang dominan atau malah terlalu lebay karena banyak menggunakan kata-kata atau frasa berbau sastra,” kata Winata.

Artika juga mengapresiasi langkah UPMI Bali yang memberi ruang alternatif tugas akhir bagi mahasiswanya. Artika menilai kebijakan mengizinkan karya sastra atau jurnalistik sebagai tugas akhir pengganti skripsi dapat dimaknai sebagai upaya untuk menyejajarkan teks sastra atau karya imajinatif setara dengan karya tulis ilmiah. Selama ini, ada semacam kastanisasi bahwa karya tulis ilmiah lebih tinggi nilainya daripada karya imajinatif. Padahal kemajuan umat manusia salah satunya ditentukan oleh daya imajinasi.

Sastrawan sekaligus wartawan senior Gde Aryantha Soethama yang menjadi pembimbing dan penguji mengaku bersedia membimbing dan menguji karena menilai program tugas akhir nonskripsi ini menarik dan konkret.

Aryantha yang terlibat dalam proses pembimbingan kedua mahasiswa yang mengambil tugas akhir nonskripsi itu mengakui karya keduanya memang masih banyak menyisakan bolong-bolong. Namun, Aryantha mengapresiasi karena kedua mahasiswa itu bisa menghasilkan karya dalam waktu singkat, tak lebih dari enam bulan. “Keduanya akan menjadi contoh guru yang menulis,” ujar Aryantha.

Wakil Rektor I UPMI Bali, Ida Ayu Agung Ekasriadi menyebut buku hasil tugas akhir mahasiswa Prodi PBID yang melalui proses yang tidak mudah sebagai bukti kualitas lulusan UPMI Bali. “Inilah makna lulusan tanpa skripsi, bukan tanpa perjuangan, melainkan dengan karya yang dapat dibaca, dinikmati, dan diwariskan,” katanya.

Dekan FBS UPMI Bali, I Made Sujaya menegaskan tugas akhir nonskripsi sebagai langkah bukan mengabaikan kualitas. Mahasiswa yang mengambil tugas akhir proyek inovatif karya sastra atau jurnalistik mesti dibimbing atau diuji oleh praktisi sehingga karya yang dihasilkan diakui kalangan sastrawan atau jurnalis. “Itu sebabnya, kami bekerja sama dan melibatkan sastrawan atau wartawan untuk menjaga kualitas karya nonskripsi ini,” kata Sujaya.

Sebelum bedah buku, Winata mewakili Ketua PWI Bali menandatangani kerja sama dengan Dekan FBS UPMI Bali. Kerja sama meliputi pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi dan mengimplementasikan program secara bersama melalui kolaborasi sumber daya. 

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!