DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Soma Kliwon Wuku Kuningan, umat Hindu di Bali khususnya mengenalnya sebagai rahina Soma Pemacekan Agung.
Soma Pemacekan Agung dikenal sebagai hari yang keramat dan disakralkan. Ketika Soma Pemacekan Agung dipercaya menjadi waktu pertemuan bagi mereka yang mempelajari ilmu aji pengiwa.
Rahina Soma Pemacekan Agung datang setiap 6 bulan sekali yakni 5 hari setelah Galungan.
Ketika Soma Pemacekan Agung, umat Hindu memuja Ida SAng Hyang Widhi sebagai Sang Hyang Iswara.
Dalam Lontar Dharma Kahuripan disebutkan “Pamacekan Agung nga, panincepan ikang angga sarira maka sadhanang tapasya ring Sanghyang Dharma”.
Artinya bahwa ketika Soma Pemacekan Agung merupakan pemusatan diri dengan sarana tapa kehadapan Sang Hyang Dharma.
Dilain sisi, Lontar Sundarigama menyebutkan “Soma Kliwon, pemancekan agung ngaran, masegeh agung ring dengen, mesambleh ayam samalulung, pakenania. Ngunduraken sarwa bhuta kabeh”.
Yang artinya pada Soma Kliwon disebut dengan Pemacekan Agung. Saat sore hari dipersembahkan Segehan Agung di depan pintu utama keluar rumah.
Banten tersebut dilengkapi dengan sambleh ayam semalulung yang dihaturkan kepada Sang Bhuta Galungan beserta pengiringnya.
Tujuan dari Soma Pemacekan Agung disebutkan untuk mengembalikan Sang Bhuta Galungan beserta pengikutnya.
Soma Pemacekan Agung sekaligus menjadi tanda batas awal dan akhir yakni 30 hari ke belakang dan 30 hari ke depan diawali dengan Tumpek Wariga hingga Budha Kliwon Pahang.
Bagi mereka yang lahir pada Soma Pemacekan Agung dikatakan memiliki kekuatan energi yang besar.
Dikatakan pula jika mereka ini keliru dalam mengarahkan dikhawatikan dalam perbuatannya lebih mengarah pada hal negatif.
Itulah penjelasan singkat tentang Soma Pemacekan Agung yang datang saat Soma Kliwon Wuku Kuningan atau 5 hari setelah Galungan. ***