DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Banten Pejati merupakan salah satu upakara utama yang memiliki tempat istimewa dalam tradisi Hindu Bali. Sebagai simbol kesungguhan hati kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya, Banten Pejati digunakan untuk memohon penyaksian atas pelaksanaan upacara keagamaan. Perannya sangat vital dalam setiap pelaksanaan Panca Yadnya dengan tujuan utama mencapai keselamatan dan keharmonisan.
Variasi dan Komposisi Banten Pejati
Bentuk dan penyajian Banten Pejati dapat berbeda di setiap daerah di Bali, tergantung pada jenis dan skala upacara yang dilaksanakan. Namun, secara umum, Banten Pejati dipersembahkan kepada empat manifestasi utama Ida Sang Hyang Widhi, yaitu:
- Peras untuk Sang Hyang Iswara.
- Daksina untuk Sang Hyang Brahma.
- Ketupat Kelanan untuk Sang Hyang Wisnu.
- Ajuman untuk Sang Hyang Mahadewa.
Setiap elemen dalam Banten Pejati memiliki makna simbolis yang mendalam dan merepresentasikan filosofi kehidupan serta spiritualitas Hindu Bali.
Unsur-unsur Penting dalam Banten Pejati
- Daksina
Daksina melambangkan penghormatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Menurut Lontar Yadnya Prakerti, Daksina mencerminkan Hyang Guru, Hyang Tunggal, dan Hyang Wisnu. Unsur-unsur dalam Daksina merepresentasikan alam semesta sebagai tempat bersemayam-Nya (Sthana). - Banten Peras
Sebagai elemen inti, Peras berfungsi mengesahkan sebuah upacara. Peras melambangkan Panca Dewata dan kekuatan Tri Guna (Sattwam, Rajasika, Tamasika). Tanpa Peras, sebuah upacara dianggap tidak lengkap. - Penyeneng
Penyeneng menggambarkan keseimbangan kehidupan dari lahir hingga meninggal. Alas Penyeneng berbentuk segitiga dengan berbagai elemen, seperti Tepung Tawar, Jajan Begina, dan daun Dapdap, yang melambangkan Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa).
- Ketupat Kelanan
Terdiri dari enam ketupat yang diikat berpasangan dan disusun melingkar, Ketupat Kelanan melambangkan pembersihan dan pengendalian Sad Ripu, yakni enam musuh dalam diri manusia. - Sodaan (Ajuman)
Sodaan merupakan persembahan sederhana yang terdiri dari nasi penek, rerasmen, dan Sampyan Plaus. Ini melambangkan keteguhan batin manusia dalam memuja Tuhan. - Segehan
Segehan adalah persembahan kecil yang digunakan dalam Bhuta Yadnya. Terdiri dari nasi berwarna putih, merah, kuning, dan hitam, Segehan melambangkan Bhuta Tiga Sakti. Fungsi utamanya adalah menetralkan energi negatif dan mengharmoniskan Tri Guna dalam kehidupan.
Filosofi “Pejati”
Kata “Pejati” berasal dari kata “Jati” yang berarti sungguh-sungguh atau sesungguhnya. Dalam dimensi spiritual, Banten Pejati mencerminkan keseriusan umat Hindu Bali dalam melaksanakan yadnya. Lebih dari itu, Pejati menjadi sarana untuk memohon kesaksian dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas ketulusan hati manusia dalam menjalankan pengabdian.
Sebagai salah satu banten pokok, Pejati mencerminkan inti dari yadnya dalam tradisi Hindu Bali. Dengan menyatukan elemen-elemen penuh makna filosofis, Banten Pejati tidak hanya menjadi sarana ritual, tetapi juga wujud nyata dari keikhlasan hati umat Hindu dalam menghaturkan bakti kepada Tuhan. Melalui keberadaannya, nilai-nilai spiritual dan harmoni hidup selalu dijaga dan dilestarikan. ***