Seputar Bali

Makna dan Filosofi Banten Pejati dalam Tradisi Hindu Bali

apa sih fungsi dari banten Pejati dalam umat hindu

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Banten Pejati merupakan salah satu upakara utama yang memiliki tempat istimewa dalam tradisi Hindu Bali. Sebagai simbol kesungguhan hati kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya, Banten Pejati digunakan untuk memohon penyaksian atas pelaksanaan upacara keagamaan. Perannya sangat vital dalam setiap pelaksanaan Panca Yadnya dengan tujuan utama mencapai keselamatan dan keharmonisan.

Variasi dan Komposisi Banten Pejati

Bentuk dan penyajian Banten Pejati dapat berbeda di setiap daerah di Bali, tergantung pada jenis dan skala upacara yang dilaksanakan. Namun, secara umum, Banten Pejati dipersembahkan kepada empat manifestasi utama Ida Sang Hyang Widhi, yaitu:

  1. Peras untuk Sang Hyang Iswara.
  2. Daksina untuk Sang Hyang Brahma.
  3. Ketupat Kelanan untuk Sang Hyang Wisnu.
  4. Ajuman untuk Sang Hyang Mahadewa.
BACA JUGA:  Dewasa Ayu Membangun Usaha Bulan Agustus 2024 Menurut Hindu Bali

Setiap elemen dalam Banten Pejati memiliki makna simbolis yang mendalam dan merepresentasikan filosofi kehidupan serta spiritualitas Hindu Bali.

Unsur-unsur Penting dalam Banten Pejati

  • Daksina
    Daksina melambangkan penghormatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Menurut Lontar Yadnya Prakerti, Daksina mencerminkan Hyang Guru, Hyang Tunggal, dan Hyang Wisnu. Unsur-unsur dalam Daksina merepresentasikan alam semesta sebagai tempat bersemayam-Nya (Sthana).
  • Banten Peras
    Sebagai elemen inti, Peras berfungsi mengesahkan sebuah upacara. Peras melambangkan Panca Dewata dan kekuatan Tri Guna (Sattwam, Rajasika, Tamasika). Tanpa Peras, sebuah upacara dianggap tidak lengkap.
  • Penyeneng
    Penyeneng menggambarkan keseimbangan kehidupan dari lahir hingga meninggal. Alas Penyeneng berbentuk segitiga dengan berbagai elemen, seperti Tepung Tawar, Jajan Begina, dan daun Dapdap, yang melambangkan Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa).
BACA JUGA:  Hari Baik dan Dewasa Ayu Menikah Juli 2025, Kamajaya hingga Derman Bagia
  • Ketupat Kelanan
    Terdiri dari enam ketupat yang diikat berpasangan dan disusun melingkar, Ketupat Kelanan melambangkan pembersihan dan pengendalian Sad Ripu, yakni enam musuh dalam diri manusia.
  • Sodaan (Ajuman)
    Sodaan merupakan persembahan sederhana yang terdiri dari nasi penek, rerasmen, dan Sampyan Plaus. Ini melambangkan keteguhan batin manusia dalam memuja Tuhan.
  • Segehan
    Segehan adalah persembahan kecil yang digunakan dalam Bhuta Yadnya. Terdiri dari nasi berwarna putih, merah, kuning, dan hitam, Segehan melambangkan Bhuta Tiga Sakti. Fungsi utamanya adalah menetralkan energi negatif dan mengharmoniskan Tri Guna dalam kehidupan.
BACA JUGA:  Kala Ngadeg dan Kala Dangastra, Dewasa Ayu Membangun Tembok Penyengker

Filosofi “Pejati”

Kata “Pejati” berasal dari kata “Jati” yang berarti sungguh-sungguh atau sesungguhnya. Dalam dimensi spiritual, Banten Pejati mencerminkan keseriusan umat Hindu Bali dalam melaksanakan yadnya. Lebih dari itu, Pejati menjadi sarana untuk memohon kesaksian dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas ketulusan hati manusia dalam menjalankan pengabdian.

Sebagai salah satu banten pokok, Pejati mencerminkan inti dari yadnya dalam tradisi Hindu Bali. Dengan menyatukan elemen-elemen penuh makna filosofis, Banten Pejati tidak hanya menjadi sarana ritual, tetapi juga wujud nyata dari keikhlasan hati umat Hindu dalam menghaturkan bakti kepada Tuhan. Melalui keberadaannya, nilai-nilai spiritual dan harmoni hidup selalu dijaga dan dilestarikan. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: