Makna Mendalam Tilem Jyesta: Hari Suci Hindu Bali yang Penuh Kesucian dan Penyucian
ilustrasi Purnama by photo-graphe/ pixabay/ Balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Tilem Jyesta adalah hari suci yang dirayakan setiap tahun pada sasih ke-11 dalam penanggalan tahun Saka. Umat Hindu Bali mempercayai bahwa pada hari ini, Ida Sang Hyang Widhi Wasa bermanifestasi sebagai Ida Bhatara Surya, dewa yang diagungkan karena kebijaksanaan dan kemahirannya. Menurut Jero Mangku Ketut Maliarsa, Ida Bhatara Surya mendapat anugerah khusus dari Bhatara Siwa, sehingga disebut Bhatara Siwa Raditya, simbol guru alam semesta yang penuh kebijaksanaan.
Ritual dan Persembahan
Pada hari suci ini, umat Hindu memuja Ida Bhatara Surya dengan penuh bakti melalui persembahan sederhana seperti canang asebit sari atau sesuai kemampuan, yang dalam bahasa Bali disebut sakasidan. Persembahan ini menjadi wujud rasa syukur atas sinar suci yang tak pernah lelah menerangi kehidupan umat manusia. Selain itu, umat memohon warenugeraha untuk keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup, serta perlindungan dari segala bentuk kekotoran atau sarwa mala.
Penyucian Diri: Melukat untuk Kebersihan Lahir Batin
Tilem Jyesta dianggap sebagai waktu ketika energi negatif atau sarwa mala sedang kuat. Oleh karena itu, umat Hindu dianjurkan untuk melakukan persembahyangan dengan khusyuk dan melaksanakan ritual melukat di pantai atau sumber air suci seperti air campuhan. Ritual ini bertujuan untuk menyucikan angga sarira (tubuh fisik) dan suksema sarira (jiwa), sehingga umat dapat mencapai kebersihan lahir batin. “Penyucian ini penting untuk menjaga keseimbangan bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit (diri manusia),” jelas Jero Mangku.
Makna Kegelapan dan Kesucian
Meskipun sasih ke-11 dianggap kurang ideal untuk menggelar upacara keagamaan besar seperti yadnya, Tilem Jyesta justru memiliki keistimewaan. Dalam kegelapan bulan mati, tersimpan sinar suci dan kesunyian (sunia) yang melambangkan kehadiran Bhatara Siwa. Menurut Lontar Sundarigama, momen ini sangat tepat untuk menyucikan diri dari dosa dan noda batin. Persembahan seperti canang wewangian di sanggah, parahyangan, atau tempat tidur, serta sesayut widyadari, menjadi sarana untuk memohon berkah dan keberhasilan dalam segala aktivitas.
Landasan Ajaran Dharma
Agama Hindu Bali berpijak pada rasa yakin yang mendalam terhadap ajaran Dharma, yang bersumber dari kitab suci Weda. Tilem Jyesta menjadi pengingat akan pentingnya menjalankan kebenaran dan menjaga kesucian dalam kehidupan sehari-hari. Hari suci ini bukan hanya tentang ritual, tetapi juga tentang memperkuat hubungan spiritual dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui kesadaran dan keikhlasan.
Dengan merayakan Tilem Jyesta, umat Hindu Bali tidak hanya memuliakan Ida Bhatara Surya, tetapi juga memperbarui komitmen untuk hidup dalam kebenaran, kesucian, dan harmoni dengan alam semesta. Hari suci ini menjadi momen refleksi, penyucian, dan penguatan spiritual untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
***