Ekonomi

Mengintip Pasar Energi Global Terguncang Akibat Konflik Timur Tengah

Pasar Energi Global Terguncang Akibat Konflik Timur Tengah

JAKARTA, BALIKONTEN.COM – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanaskan pasar energi global. Eskalasi konflik antara Iran dan Israel, yang kini melibatkan Amerika Serikat, memicu kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak dunia. Laporan terbaru menyebutkan AS tealh melancarkan serangan militer terhadap Iran, yang dapat memperburuk volatilitas harga energi.

Harga minyak Brent telah melonjak di atas USD77 per barel, dipicu oleh antisipasi pasar terhadap potensi terganggunya pasokan, terutama di Selat Hormuz, jalur krusial untuk distribusi minyak global. “Kondisi ini memperbesar risiko fluktuasi harga energi,” ujar Karinska Salsabila Priyatno, analis Fixed Income Research dari PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam pernyataan tertulis pada Jumat (20/6).

Meski jalur diplomasi dengan negara-negara Eropa masih terbuka, upaya meredakan ketegangan berjalan lamban. Iran dan Israel menunjukkan sikap siap untuk konfrontasi berkepanjangan, yang dapat memperparah ketidakstabilan pasar. “Jika AS benar-benar terlibat secara langsung, volatilitas pasar energi bisa melonjak tajam, mendorong investor beralih ke aset safe-haven seperti emas,” tambah Karinska.

Ekonomi Global di Tengah Ketidakpastian

Sementara itu, ekonomi global tengah menghadapi tantangan berat. Perlambatan ekonomi terjadi serentak di AS, Eropa, dan Jepang, sedangkan Tiongkok masih bergulat dengan lemahnya ekspor dan konsumsi domestik. Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2025 telah dipangkas oleh sejumlah lembaga internasional: World Bank memprediksi 2,9%, IMF 3,0%, dan OECD 3,1%.

“Meskipun aliran modal asing menunjukkan perbaikan, kondisi makroekonomi global tetap rentan terhadap guncangan geopolitik,” jelas Karinska.

Di Indonesia, perekonomian menunjukkan tanda-tanda perbaikan dengan pulihnya ekspor pada kuartal kedua. Namun, konsumsi rumah tangga dan investasi masih lesu. Pemerintah telah menggelontorkan stimulus fiskal, didukung oleh pelonggaran kebijakan makroprudensial dari Bank Indonesia. Meski begitu, proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik untuk tahun ini hanya berkisar antara 4,6% hingga 5,4%, dengan ketidakpastian global sebagai ancaman utama.

Pertumbuhan Kredit Melambat

Data terbaru menunjukkan pertumbuhan kredit pada Mei 2025 melambat menjadi 8,43% year-on-year (YoY), turun dari 8,88% YoY pada April. Penurunan ini terutama disebabkan oleh lemahnya permintaan kredit dari sektor UMKM dan perdagangan. Meskipun Bank Indonesia telah menyalurkan Kredit Likuiditas Makroprudensial (KLM) senilai Rp372 triliun, dampaknya belum cukup signifikan untuk menggenjot pertumbuhan kredit.

Konflik di Timur Tengah dan ketidakpastian ekonomi global terus menjadi sorotan pelaku pasar. Dengan risiko gangguan pasokan energi dan perlambatan ekonomi, investor diminta tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik yang dapat memengaruhi stabilitas finansial dunia.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: