Mengungkap Rahasia Wuku Ukir: Cerdas dan Berwibawa, Tapi Rentan Pendek Umur?

ilustrasi bayi bersama ibu yang hendak disapih/ Pexels/ Balikonten
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Dalam tradisi Bali, otonan bukan sekadar ritual biasa. Upacara ini menjadi fondasi utama untuk mencapai keseimbangan hidup di dunia nyata (sekala) dan gaib (niskala). Melalui pebayuhan otonan, seseorang mempersembahkan sajian kepada Sang Maha Jiwa yang bereinkarnasi dalam tubuh manusia. Selain itu, persembahan juga diberikan kepada Nyama Papat, empat saudara gaib yang menemani sepanjang hidup dan mengantar saat ajal tiba.
Banyak orang rajin sembahyang ke berbagai tempat suci, tapi sering lupa memberi upakara kepada Sang Hyang Paran Numadi atau Sang Maha Jiwa. Akibatnya, jiwa bisa menjadi tidak stabil di antara sekala dan niskala. Hal ini memicu ketidaktenangan batin, malas belajar atau bekerja, enggan sembahyang, masalah bertubi-tubi, hingga rezeki yang seperti gali lobang tutup lobang.
Lebih lanjut, meski kita menikmati makanan lezat sehari-hari, Nyama Papat yang ikut lahir bersama tak pernah diberi suguhan apa pun. Ini bisa menimbulkan ketidakstabilan besar dalam hidup sekala niskala. Bayangkan saja, seperti mengajak seseorang bekerja tapi tak pernah memberi upah—pasti menimbulkan kekecewaan.
Padahal, Nyama Papat lah yang menjaga kita setiap hari, termasuk saat tidur, dan mengantarkan ke alam nirwana kelak. Mengabaikannya bisa membuat hidup terasa sendirian, tanpa bantuan, penuh kesulitan, rezeki jauh, masalah menumpuk, serta penyakit yang sering datang.
Pengaruh Wuku Ukir terhadap Kelahiran Manusia Menurut Lontar Raspati Kalpa
Berdasarkan lontar kuno seperti Wacakan Kelahiran Lontar Raspati Kalpa, wuku memiliki dampak mendalam pada sifat dan nasib manusia. Khusus untuk Wuku Ukir:
- Dewa Pelindung: Betara Mahayekti
- Pengawak: Gunung
- Pohon: Kayu Nagasari dan Kayu Waringin
- Burung: Sudang-Sudang dan Weri
- Binatang: Pusa
- Lintang: Bade dan Kupu-Kupu Atarung
- Lumbung: Tertutup
Sifat orang yang lahir di Wuku Ukir sering sulit ditebak: kadang angkuh, kadang murah hati. Mereka pandai memerintah, bisa merendah diri, bicaranya harum, berpotensi hidup senang, rupawan, kebaikannya diakui, tak suka diatasi orang lain, pandai, cakap dalam berbagai pekerjaan, cerdik, gedung di muka terbuka, suka memamerkan kekayaan, berperasaan halus. Namun, setiap tahun ada kesulitan atau masalah yang muncul.
Hidup bisa hancur karena fitnah atau penyiksaan dari orang lain, dan ajal sering datang saat sedang bahagia atau di tengah umur—mirip bade yang hancur saat sedang indah. Bahaya utama datang dari fitnah dan penyiksaan.
Kelahiran Wuku Ukir termasuk dalam kategori Melik Pawukon. Oleh karena itu, wajib melaksanakan Pebayuhan Oton dan Penebusan Melik, diruwat oleh Dalang Samirana, serta mendapatkan penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta. Ini sesuai dengan ajaran dalam Sastra Raspati Kalpa, Kala Tatwa, Dharma Pewayangan, serta Rare Kumara Tatwa.
Detail Kelahiran per Hari dalam Wuku Ukir
Berikut pengaruh spesifik berdasarkan hari lahir dalam Wuku Ukir, lengkap dengan sifat dan cara menetralisir efek negatif:
Redite Umanis Ukir
Ramah, sopan, suka berdebat, gemar merantau, sering tertimpa musibah, suka ikut campur urusan orang lain, berani terhadap orang tua, dan tidak mengindahkan nasihat. Kelahiran ini tergolong Melik Pawukon meski dari saptawara pancawara tidak melik. Untuk menetralisir, lakukan Pebayuhan Oton dan Penebusan Melik Pawukon, diruwat Dalang Samirana, serta penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta.
Soma Paing Ukir
Rezeki pasang surut, jika menikah bisa menjanda atau menduda, watak keras, cita-cita tinggi, mudah tersinggung, rajin bekerja, tepat janji, cepat kaya tapi cepat miskin. Tergolong Melik dan Melik Pawukon. Saran: Pebayuhan Oton, Penebusan Melik, ruwatan Dalang Samirana, penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta.
Anggara Pon Ukir
Cemburu berlebihan, jika menikah salah satu pasangan bisa meninggal, pendiam, cerdas, jiwa satria, banyak disukai orang. Tergolong Melik Kelahiran dan Pawukon. Netralisir dengan ruwatan Dalang Samirana serta penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta.
Buda Wage Ukir
Sering terlibat cinta mendua dan menikah lebih dari sekali, bicara keras, agak kikir, bersikap adil, hati-hati dalam bertindak, kadang suka pamer. Tergolong Melik. Lakukan Pebayuhan Oton dan Melik, ruwatan Dalang Samirana, penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta.
Wraspati Kliwon Ukir
Mudah tersinggung, hidup terombang-ambing, berhati baik, ulet, angan-angan tinggi, kata-kata agak keras, pantang menyerah, suka berpura-pura pandai, berpengaruh dan disenangi. Meski saptawara pancawara tidak melik, wukunya tergolong Melik. Netralisir dengan Pebayuhan Oton, Penebusan Melik Pawukon, ruwatan Dalang Samirana, serta penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta.
Sukra Umanis Ukir
Pendiri tidak tetap, sering kehilangan, kerja sulit berhasil, jujur, suka menolong, suka mencampuri urusan orang, cepat mendapatkan sesuatu tapi cepat habis, murah hati, boros, cepat marah. Saptawara pancawara tidak melik, tapi wukunya Melik. Saran: Pebayuhan Oton, Penebusan Melik Pawukon, ruwatan Dalang Samirana, penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta.
Saniscara Paing Ukir
Tidak senang disaingi, serakah, suka duka cepat berganti, senang membantu orang lain, giat bekerja, suka diskusi masalah kemasyarakatan, suka disanjung dan menyombongkan diri. Saptawara pancawara tidak melik, tapi wukunya Melik. Netralisir dengan Pebayuhan Oton, Penebusan Melik Pawukon, ruwatan Dalang Samirana, serta penglukatan Asta Pungku, Sudamala, dan Gangga Amerta.
Untuk semua kelahiran Wuku Ukir yang tergolong Melik dan sering pendek umur, perlu Pebayuhan Oton dan Penebusan Melik, dengan penglukatan Dasa Mala Leteh, Gangga Amerta, serta Asta Pungku oleh Dalang Samirana.
Tips Melaksanakan Pebayuhan Oton yang Efektif Secara Niskala
Banyak orang memilih Pebayuhan Oton berdasarkan kecepatan, kedekatan, kemudahan, dan biaya murah. Namun, yang terpenting dalam urusan niskala bukan hal-hal itu. Agar upacara tidak sia-sia dan benar-benar berdampak gaib, fokuslah pada taksu tempat serta taksu pinandita atau pemangku yang memimpin.
Cara mengecek taksu yang baik: Tempat itu selalu ramai dan banyak dicari orang. Penangkilan Gedong selalu padat, datang dari seluruh kabupaten di Bali bahkan luar Bali. Seperti warung makan yang ramai pembeli, pasti kualitasnya memuaskan.
Pakaian putih dan kemampuan memantra bukan jaminan niskala yang baik, karena itu bisa dibeli. Tapi taksu adalah anugerah Tuhan atau Sesuwunan, diberikan hanya kepada orang tertentu. Orang bertaksu pasti selalu dicari banyak orang.
***
