DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Pemadaman listrik yang melanda Bali selama hampir 12 jam pada Jumat (2/5/2025) meninggalkan dampak ekonomi yang signifikan. Listrik baru pulih sepenuhnya pada Sabtu (3/5/2025) pukul 03.30 WITA setelah padam sejak pukul 16.09 WITA. Kejadian ini mengguncang sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi Pulau Dewata, sekaligus menghantam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Pengamat ekonomi dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, Ida Bagus Raka Suardana, menjelaskan bahwa pemadaman listrik berdurasi panjang ini mengacauk aktivitas bisnis di Bali. “Sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, dan objek wisata, kesulitan melayani tamu. Ini berpotensi memangkas pendapatan secara drastis,” ungkap Raka kepada wartawan, Sabtu (3/5/2025).
Tak hanya pariwisata, UMKM seperti kafe, warung, dan toko ritel juga merasakan pukulan berat. Aktivitas bisnis terhenti, dan produk yang bergantung pada pendingin, seperti makanan dan minuman, banyak yang rusak. “Gangguan sistem pembayaran elektronik dan lampu lalu lintas juga memicu kemacetan serta menyulitkan transaksi, memperburuk situasi,” tambah Raka.
Meski belum ada angka resmi, kerugian ekonomi akibat pemadaman ini diperkirakan cukup besar. Raka menyebut, durasi pemadaman yang panjang dan cakupan wilayah yang luas menjadi indikator dampaknya. “Studi sebelumnya menunjukkan pemadaman listrik bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan,” tegasnya.
Penyebab dan Dampak Pemadaman
Pemadaman melumpuhkan hampir seluruh wilayah Bali, termasuk Denpasar, Badung, Jembrana, Karangasem, dan Buleleng. PLN menyatakan, gangguan berasal dari kabel bawah laut yang menghubungkan pasokan listrik Jawa-Bali, menyebabkan pembangkit listrik lepas dari sistem. “Penyebab pastinya masih diselidiki,” ujar Humas PLN UID Bali, Anom Silaparta, Jumat malam.
Selain listrik, sinyal seluler juga terputus di beberapa lokasi, memperparah situasi. Tiga jam setelah pemadaman, listrik mulai menyala di beberapa titik. PLN mengerahkan ratusan petugas untuk mempercepat pemulihan. Menurut Direktur Distribusi PLN, Adi Priyanto, sekitar 90 persen pelanggan atau 1,6 juta rumah tangga sudah teraliri listrik kembali pada tengah malam. “Layanan publik seperti rumah sakit, bandara, dan pelabuhan juga diprioritaskan agar segera beroperasi normal,” katanya.
Upaya Pemulihan dan Langkah ke Depan
Hingga kini, PLN memastikan pasokan listrik di Bali telah pulih 100 persen. Petugas tetap bersiaga di lapangan untuk mengantisipasi gangguan lanjutan. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya infrastruktur listrik yang andal, terutama bagi daerah yang bergantung pada pariwisata seperti Bali.
Pemadaman listrik Bali 2025 ini menyoroti kerentanan ekonomi lokal terhadap gangguan pasokan energi. Dengan pariwisata dan UMKM sebagai pilar utama, Bali membutuhkan solusi jangka panjang, seperti investasi pada infrastruktur listrik dan diversifikasi sumber energi, untuk mencegah dampak serupa di masa depan.
***