17/11/2025

Purnama Desta dan Dewasa Ayu yang Menyertainya Sekaligus Pujawali di Pura Segara Rupek Buleleng

doa dan mantram hindu yang digunakan saat purnama tilem

ilustrasi banten/badungkab.go.id/balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Dalam tradisi Hindu Bali, setiap fase Purnama selalu memiliki makna spiritual yang mendalam. Salah satunya adalah Purnama Desta yang jatuh pada Senin, 12 Mei 2025, bertepatan dengan Sasih Desta, bulan ke-11 dalam sistem kalender Bali.

Purnama, yang juga dikenal sebagai Sukla Paksa, merupakan momen pemujaan kepada Sang Hyang Candra. Pada malam bulan purnama, diyakini pula bahwa Bhatara Parameswara, para dewata, serta leluhur turun ke alam manusia untuk melakukan yoga suci. Inilah sebabnya mengapa umat Hindu melaksanakan persembahyangan dengan penuh ketulusan dan sarana yang disesuaikan dengan desa kala patra.

Mengutip Lontar Sundarigama, pelaksanaan upacara pada hari Purnama bukan hanya ritual rutin, melainkan juga bentuk penyatuan diri dengan alam dan para leluhur.  Dalam konteks dewasa ayu atau hari baik, Senin, 12 Mei 2025, memuat berbagai pertanda yang menjadi pedoman dalam kehidupan masyarakat Bali, khususnya yang berkaitan dengan yadnya dan kegiatan sehari-hari. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

  • Amerta Buwana dan Amerta Dadi: Baik untuk melaksanakan upacara Dewa Yadnya dan penghormatan kepada leluhur (Pitra Yadnya).

  • Amerta Danta: Cocok untuk melakukan tapa, brata, yoga, semadi serta penyucian diri dan pekerjaan suci lainnya.

  • Amertayoga: Hari baik untuk memulai usaha, mencari nafkah, atau membangun sesuatu yang bersifat duniawi.

  • Catur Laba: Menguntungkan untuk perjalanan ke arah utara dan pelaksanaan Manusa Yadnya.

  • Kajeng Susunan, Kala Empas Munggah, dan Pamacekan: Masing-masing memiliki makna tersendiri dalam kegiatan pembangunan, pertanian, dan pembuatan alat tertentu.

  • Sebaliknya, ada pula hari-hari yang tidak disarankan untuk aktivitas tertentu, seperti Asuasa yang membawa sifat boros, Kala Sor yang tidak baik untuk pekerjaan tanah, serta Uncal Balung yang tidak mendukung pekerjaan penting.

Pararasan pada hari ini adalah Laku Api, dengan Pancasuda yang disebut Wisesa Segara. Sementara itu, Ekajalaresi menunjukkan Tininggalin Suka dan Pratiti berada dalam fase Separsa—semua ini menjadi bagian penting dalam membaca harmoni alam dan spiritualitas Hindu Bali.

Purnama Desta menjadi momen yang dimanfaatkan banyak umat untuk menghaturkan bhakti di pura-pura suci, seperti Pura Segara Rupek di kawasan Taman Nasional Bali Barat, Pura Ulun Swi di Buleleng, hingga pura-pura di pesisir Jimbaran. Semua rangkaian upacara ini menjadi bagian dari siklus spiritual yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali.

Bagi umat Hindu maupun wisatawan spiritual yang ingin memahami lebih dalam filosofi Bali, rahinan seperti Purnama Desta adalah waktu yang tepat untuk merenung, melakukan persembahyangan, dan menyelaraskan diri dengan semesta.

***

 

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE