18/11/2025

Rahina Tilem Jiyestha: Makna, Ritual, dan Kegiatan Suci dalam Tradisi Hindu Bali

banten tilem kawulu apa

Ilustrasi gambar palinggih/ Tilem Kawulu dalam Hindu Bali/ Adi Pratama/ Pixel

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Di tengah gemerlap budaya Bali yang kaya akan tradisi spiritual, Rahina Tilem menjadi salah satu hari suci yang selalu dinanti umat Hindu. Setiap sebulan sekali, ketika bulan berada di posisi “mati” atau tidak memancarkan cahaya, umat Hindu Bali merayakan Tilem sebagai momen refleksi, penyucian, dan pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Salah satu Tilem yang memiliki keistimewaan tersendiri adalah Tilem Jiyestha, yang jatuh pada sasih (bulan) Jiyestha dalam kalender Bali.

Apa Itu Rahina Tilem?

Rahina Tilem adalah hari suci dalam tradisi Hindu Bali yang dirayakan setiap 15 hari sekali, tepatnya saat bulan mati (Krsna Paksa), ketika langit malam gelap tanpa sinar bulan. Secara astronomis, ini terjadi karena posisi bulan berada di antara matahari dan bumi, menciptakan suasana gelap gulita yang sarat makna spiritual. Dalam kepercayaan Hindu Bali, Tilem adalah waktu untuk memuja Dewa Surya atau Sang Hyang Rudra sebagai manifestasi Sang Hyang Yamadipati, dewa kematian yang memiliki kekuatan pralina (peleburan). Tilem dianggap sebagai momen sakral untuk melebur dosa, noda, dan kekotoran batin, serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tilem Jiyestha, yang jatuh pada sasih Jiyestha (biasanya sekitar Mei atau Juni dalam kalender Masehi), memiliki nuansa khusus karena energi bulan ini diyakini membawa vibrasi spiritual yang mendalam. Dalam beberapa tahun, seperti pada 2016, Tilem Jiyestha bahkan menjadi lebih istimewa karena adanya Mala Jiyestha, yaitu sasih tambahan yang membuat kalender Bali unik dan berbeda dari kalender lain di dunia.

Jenis-Jenis Tilem dalam Kalender Bali

Dalam kalender Bali, Tilem terjadi setiap sasih, sehingga dalam setahun ada 12 Tilem yang masing-masing memiliki nama sesuai bulan dalam sistem Saka. Berikut beberapa jenis Tilem yang dikenal:

  1. Tilem Kesanga: Jatuh pada sasih Kesanga, Tilem ini terkait erat dengan rangkaian Hari Raya Nyepi. Biasanya diiringi dengan upacara Tawur Agung Kesanga setelah prosesi Melasti, yang bertujuan untuk menyucikan alam secara niskala.

  2. Tilem Jiyestha: Tilem pada sasih Jiyestha, yang menjadi fokus artikel ini, dianggap sebagai waktu ideal untuk penyucian diri dan memohon pengetahuan serta keterampilan.

  3. Tilem Kapitu: Bertepatan dengan Hari Raya Siwaratri, Tilem ini dirayakan setiap setahun sekali untuk memuja Dewa Siwa, dengan fokus pada meditasi dan refleksi diri.

  4. Tilem Mala Jiyestha: Tilem tambahan pada tahun-tahun tertentu yang memiliki sasih ganda, dianggap kurang ideal untuk upacara besar karena konotasi “mala” (buruk), tetapi tetap sakral untuk persembahyangan pribadi.

Setiap Tilem memiliki karakter dan energi unik, namun Tilem Jiyestha menonjol karena dianggap sebagai waktu yang tepat untuk melukat (pembersihan spiritual) dan memperdalam hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Makna Tilem Jiyestha Menurut Lontar

Menurut Lontar Sundarigama, Tilem adalah waktu peralihan dari kegelapan (paroh gelap) menuju cahaya (paroh terang), yang melambangkan perjalanan spiritual manusia dari ketidaktahuan menuju pencerahan. Khususnya pada Tilem Jiyestha, lontar ini menegaskan bahwa hari ini adalah waktu terbaik untuk melebur dosa dan memohon kebijaksanaan. Lontar Purwana Tattwa Wariga juga menyebutkan bahwa umat Hindu yang tekun beribadah pada hari Tilem, termasuk Tilem Jiyestha, akan dijauhkan dari jalan sesat setelah meninggal dunia dan dibimbing menuju swarga loka (surga) oleh Sang Hyang Yamadipati.

Lontar-lontar ini menjadi pedoman penting dalam tradisi Hindu Bali, memberikan petunjuk tentang tata cara upacara dan makna filosofis di balik setiap ritual. Tilem Jiyestha, dengan energi bulan yang khusyuk, mengajak umat untuk merenung, membersihkan hati, dan memperkuat ikatan spiritual dengan alam dan Tuhan.

Banten yang Digunakan pada Tilem Jiyestha

Banten atau sesajen adalah elemen penting dalam Rahina Tilem, termasuk Tilem Jiyestha. Banten mencerminkan bhakti dan kesucian hati umat Hindu saat mempersembahkan sesuatu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Menurut Lontar Tegesing Sarwa Banten, banten adalah wujud pemikiran yang tulus, bersih, dan penuh makna filosofis. Berikut adalah beberapa jenis banten yang umum digunakan pada Tilem Jiyestha:

  • Banten Pejati: Sesajen utama yang berisi canang sari, bunga ratna, dan tipat sodan. Banten ini melambangkan penyatuan perasaan dan pikiran yang suci.

  • Sesayut Widyadhari: Perlambang pengetahuan, sering digunakan untuk memohon kebijaksanaan pada Tilem Jiyestha.

  • Canang Sari: Sesajen sederhana yang terdiri dari bunga, wangi-wangian, dan daun sirih, melambangkan pengabdian dan kesederhanaan.

  • Segehan Manca Warna: Digunakan untuk Bhuta Yadnya, dihaturkan kepada Bhuta Kala untuk menjaga harmoni alam.

  • Daksina dan Sodan: Sesajen pelengkap yang menunjukkan rasa syukur dan bhakti.

Banten-banten ini disesuaikan dengan desa kala patra (tempat, waktu, dan situasi) serta kemampuan masing-masing umat. Yang terpenting, banten harus dibuat dengan hati tulus dan penuh kesadaran spiritual.

Kegiatan Suci pada Tilem Jiyestha

Tilem Jiyestha adalah momen untuk menyucikan diri baik secara lahir maupun batin. Berikut adalah beberapa kegiatan yang bisa dilakukan umat Hindu untuk memperingati hari suci ini:

  1. Persembahyangan: Umat Hindu melaksanakan sembahyang di merajan (sanggah) rumah, pura kahyangan, atau padmasana kantor, seperti yang rutin dilakukan oleh pegawai Kementerian Agama Kabupaten Gianyar. Persembahyangan ini dilakukan dengan khusyuk, diiringi kidung suci dan banten sebagai wujud bhakti.

  2. Melukat (Pembersihan Spiritual): Banyak umat yang memanfaatkan Tilem Jiyestha untuk melukat di sumber air suci seperti pantai, sungai, atau campuhan. Ritual ini bertujuan melebur dosa dan membersihkan aura negatif.

  3. Meditasi dan Refleksi Diri: Tilem Jiyestha adalah waktu yang tepat untuk bermeditasi, merenungkan perbuatan, dan memperbaiki diri sesuai ajaran Catur Yoga (penyucian badan kasar, halus, dan jiwa).

  4. Membersihkan Lingkungan: Sebelum Tilem, umat Hindu biasanya membersihkan rumah dan lingkungan sekitar sebagai simbol penyucian lahir.

  5. Membaca Lontar atau Sastra Suci: Membaca Lontar Sundarigama atau Purwana Tattwa Wariga dapat memperdalam pemahaman tentang makna Tilem dan memperkuat koneksi spiritual.

Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan dengan Tuhan, tetapi juga membantu umat Hindu menyongsong bulan baru dengan energi positif dan pikiran yang jernih.

Mengapa Tilem Jiyestha Istimewa?

Tilem Jiyestha memiliki tempat khusus karena dianggap sebagai waktu yang penuh energi spiritual untuk transformasi batin. Dalam beberapa tahun, seperti yang terjadi pada 2016, adanya Mala Jiyestha menambah keunikan hari ini, meskipun dianggap kurang ideal untuk upacara besar. Namun, justru dalam kesederhanaan ritual Tilem Jiyestha, umat diajak untuk fokus pada esensi spiritual: penyucian diri dan pengabdian tanpa pamrih.

Tradisi ini juga mencerminkan kearifan lokal Bali yang memadukan astronomi, filsafat, dan spiritualitas. Gelapnya malam Tilem mengingatkan kita bahwa dalam kegelapan pun ada kesucian, dan setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru. Seperti yang dikatakan dalam Lontar Purwa Gama, Tilem adalah waktu untuk suci laksana, menjaga kesucian diri agar selaras dengan alam dan Tuhan.

Penutup: Menyambut Tilem Jiyestha dengan Hati Tulus

Rahina Tilem Jiyestha bukan sekadar fenomena astronomis, melainkan perjalanan spiritual yang mengajak umat Hindu Bali untuk merenung, menyucikan diri, dan mempererat hubungan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan banten yang sederhana namun penuh makna, serta kegiatan seperti persembahyangan dan melukat, Tilem Jiyestha menjadi momen untuk melepaskan beban batin dan menyambut energi baru. Lontar-lontar suci seperti Sundarigama dan Purwana Tattwa Wariga menjadi panduan yang memperkaya makna hari ini, sementara tradisi yang hidup di masyarakat Bali menjaga warisan leluhur tetap relevan.

Mari rayakan Tilem Jiyestha dengan hati tulus, bunga-bunga persembahan, dan doa yang khusyuk. Sebab, dalam kegelapan malam Tilem, ada cahaya spiritual yang menuntun kita menuju kebijaksanaan dan kedamaian batin.

***

 

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE