Rangkaian Galungan dan Kuninga, Berlangsung Selama 1 Bulan 7 Hari
Ilustrasi Penjor Galungan/ Philippe HELLOIN / Flicker/ Balikonten
BALIKONTEN.COM – Inilah rangkaian Galungan dan Kuningan. Dimana rainai ini datang setiap 6 bulan sekali.
Galungan jatuh pada Buda Kliwon Wuku Dungulan sedangkan Kuningan datang 1 minggu berikutnya pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan.
Rangkaian rainan Galungan dan Kuningan ini sebenarnya cukup panjang jika dihitung dari awal yakni pada Tumpek Pengarah dan berakhir saat Pegatwakan.
[irp]
Dirangkum dari beragam sumberm, inilah rangkaian Galungan dan Kuningan yang perlu diketahui umat Hindu.
Tumpek Bubuh atau Tumpek Wariga
Dikenal juga dengan sebutan Tumpek Pengarah, rainan ini menjadi awal dari pelaksanaan rangkaian Galungan.
Dari Tumpek Wariga, Galungan berjarak 25 hari dan saat rainan Tumpek Pengarah ini, umat melaksanakan pemujaan kepada Bhatara Sangkara guna memohon kesuburan tanaman.
[irp]
Anggarakasih Julungwangi
15 hari menuju Galungan dikenal dengan nama Anggarakasih Julungwangi. Pada saat rainan ini, umat Hindu melaksanakan pecaruan di Sanggah dan juga pura.
Selain itu, saat Anggarakasih Julungwangi juga ada yang mulai membersihkan area tempat suci untuk menyambut Galungan.
Buda Pon Sungsang
Rainan ini menandakan 7 hari menuju Galungan. Buda Pon Sungsang juga dikenal dengan Sugihan Tenten.
Saat ini muali nguncal balung yang secara filosofi memiliki makna membuang hal negatif. Nguncal balung ini berlangsung selama 42 hari hingga Buda Kliwon Paang.
[irp]
Selama ngucal balung, tidak ada dewasa ala ayuning untuk membangun rumah, membuat tempat suci hingga pawiwahan.
Sugihan Jawa
Wraspati Wage Wuku Sungsang dikenal dengan rainan Sugihan Jawa. Umat Hindu mulai melaksanakan pereresik, punjung, canang burat wangi, canang raka dan ketika persembahyangan dilakukan memohon pembersihan alam semesta atau bhuana agung.
Sugihan Bali
Rinan Sugihan Bali datang satu hari setelah Sugihan Jawa atau pada Sukra Kliwon Wuku Sungsang.
Penyekeban
3 hari menuju Galungan dikenal dengan penyekeban. Sang Bhuta Galungan saat ini turun ke bumi untuk menggoda manusia agar berbuat tindakan adharma.
[irp]
Penyajaan
Soma Pon Wuku Dungulan dikenal dengan Penyajaan, saat rainan ini bhuta dungulan mulai turun ke bumi untuk menggoda manusia.
Penampahan
Anggara Wage Wuku Dungulan dikenal juga dengan penampahan Galungan. Saat penampahan galungan disebutkan bahwa Bhuta Amangkurat turun ke bumi untuk mengalahkan bhuta galungan, bhuta dungulan, dan bhuta amangkurat.
[irp]
Saat sore hari, umat Hindu akan memasang penjor Galungan di depan rumah tepatnya sisi sebalah kanan pintu utama keluar masuk rumah.
Galungan
Buda Kliwon Wuku Dungulan dikenal dengan Galungan, umat Hindu mulai disibukkan untuk melaksanakan persembahyangan sejak pagi hari.
Saat Galungan umat Hindu merayakan kemenangan atas segala tindakan adharma khususnya di dalam diri.
Manis Galungan
Wraspati Umanis Wuku Dungulang atau sehari setelah Galungan dilakukan dharma santi yakni kunjungan ke sanak keluarga dan kerabat guna melakukan silahturahmi dan saling maaf-memaafkan atas segala tindakan yang pernah dilakukan.
[irp]
Malam harinya dilakukan persembahyangan memuja Dewata Nawa Sanga, mohon agar kemenangan dharma dapat dipertahankan pada diri kita seterusnya.
Pemujaan di malam hari selama sembilan malam sejak hari manis galungan sampai hari penampahan kuningan disebut sebagai persembahyangan Nawa Ratri (nawa = sembilan, ratri = malam) dimulai berturut-turut memuja bhatara-bhatara: iswara, mahesora, brahma, rudra, mahadewa, sangkara, wisnu, sambu, dan tri purusa (siwa-sada siwa-parama siwa).
Pemaridan Guru
3 hari setelah Galungan yakni pada Saniscara Pon Wuku Dungulan dikenal sebagai Pamarindan Guru. Pemarindan Guru adalah hari terakhir Wuku dungulan. Saat ini dilakukan pesembahyangan khususnya pemujaan dilakukan pada Bhatara Brahma.
Ulihan
Redite Wage Wuku Kuningan, bhatara-bhatari kembali ke kahyangan, persembahyangan di pura atau sanggah pamerajan bertujuan mengucapkan terima kasih atas wara nugraha-Nya.
[irp]
Pemacekan Agung
Soma Kliwon Wuku Kuningan atau Soma Pemacekan Agung merupakan hari keramat dan dilakukan pesembahan sajen caru yang ditujukan kepada para bhuta agar tidak mengganggu manusia.
Penampahan Kuningan
Sukra Wage Wuku Kuningan umat Hindu menyambut Kuningan. Malam harinya persembahyangan terakhir dalam urutan Dewata Nawa Sanga yaitu pemujaan kepada Sanghyang Tri Purusha (Sisa, Sada Siwa, Parama Siwa).
Kuningan
Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, bhatara-bhatari turun dari kahyangan sampai tengah hari. Secara simbolis membuat sesajen dengan nasi kuning sebagai pemberitahuan (nguningang) kepada para preti sentana agar mereka mengikuti jejak leluhurnya merayakan rangkaian hari raya galungan – kuningan.
[irp]
Selain itu menggantungkan “tamiang” di palinggih-palinggih sebagai tameng atau perisai terhadap serangan kekuatan adharma.
Pegat Uwakan
Buda Kliwon Wuku Paang, satu bulan atau 35 hari setelah galungan, merupakan hari terakhir dari rangkaian galungan.
Pegat artinya berpisah, dan uwak artinya kelalaian. Jadi pegat uwakan artinya jangan lalai melaksanakan dharma dalam kehidupan seterusnya setelah galungan.
[irp]
Berata-berata nguncal balung berakhir, dan selanjutnya roda kehidupan terlaksana sebagaimana biasa.
***