PANDEMI tak selalu berdampak buruk terhadap dunia pendidikan. Pesan itu dikatakan Rektor Dwijendra Dr. Gede Sedana, diwawancarai usai melakukan persembahyangan di Kampus Dwijendra, Denpasar, serangkaian Hari Saraswati pada Sabtu (30/1).
Bagi dia, pandemi ini mempercepat terjadinya digitalisasi proses belajar yang merupakan metode di masa depan. Maka mau tidak mau, insan pendidikan diajak segera beradaptasi, kreatif dan inovatif bersama metode itu. Sebab cepat atau lambat dunia pendidikan akan menuju metode digital.
Dengan digitalisasi, dia menilai proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, tatap muka dan juga daring. Namun seyogyanya dilakukan imbang, antara pembelajaran tatap muka dan daring. Di Dwijendra, dia menyebut metode pembelajaran telah dilakukan berkolaborasi tatap muka dan daring.
“Selama ini mahasiswa dan dosen mampu mengikuti ritme belajar online. Tapi sesekali tatap muka dengan disiplin prokes,” tuturnya. Mengenai perayaan Saraswati di Universitas Dwijendra, persembahyangan dilakukan bersama dosen dan pegawai serta mahasiswa dengan jumlah terbatas.
Sedana menyebut Ketua Yayasan, Dr. I Ketut Wirawan, SH.M.Hum. telah menyampaikan pembatasan itu kepada eluruh unit dari TK, SD, SMP, SMA dan SMK serta Universitas.
“Ini bentuk adaptasi kami di tengah pandemi. Semua kegiatan berbasis protokol kesehatan,” terangnya. Hari Saraswati di Unversitas Dwijendra dimaknai sebagi tonggak menghapuskan kebodohan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Dia berharap seluruh civitas akademika Universitas Dwijendra senantiasa memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi oleh nilai-nilai dharma, susila dan etika, sehingga dapat diimplementasikan di lingkungan kampus, keluarga, masyarakat dan bangsa dan negara.
“Semoga Dwijendra University senantiasa melakukan pembaharuan-pembaharuan sistem pembelajaran yang berbasis dharma dan nilai-nilai agama guna membentuk sarjana sebagai insan akademik yang memiliki intelektualitas tinggi dan berbudi luhur,” tutupnya. (801)