Seputar Bali

Sebelum Nyepi Dilaksanakan Tradisi Ngerupuk: Ritual Penuh Makna Jelang Nyepi

pawai ogoh-ogoh pengrupukan 2024 di bali

 

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Di tengah gemerlap budaya Bali yang kaya akan tradisi, ada satu ritual yang tak pernah absen menarik perhatian: Ngerupuk. Ritual ini bukan sekadar seremoni, melainkan cerminan nilai spiritual dan kebersamaan masyarakat Hindu Bali menjelang Hari Raya Nyepi. Apa sebenarnya Ngerupuk, dan mengapa tradisi ini begitu istimewa? Mari kita telusuri lebih dalam.

Apa Itu Ngerupuk?

Ngerupuk adalah puncak dari rangkaian Upacara Tawur Kesanga yang digelar di berbagai tingkatan masyarakat Bali, mulai dari lingkungan rumah tangga, banjar, hingga desa. Mengutip penjelasan dari situs Kementerian Agama Bali, Ngerupuk—atau sering disebut Mabuu-buu—merupakan ritual untuk mengusir Bhuta Kala, simbol kejahatan atau energi negatif, yang dilakukan pada sore hari atau saat sandhyakala. Ritual ini biasanya berlangsung sehari sebelum Nyepi, hari suci umat Hindu yang penuh keheningan.

[irp]

Pelaksanaan Ngerupuk tak sembarangan. Acara ini dipandu oleh tokoh adat seperti Bendesa atau Klian Adat di tingkat desa, sementara di lingkungan rumah tangga, kepala keluarga mengambil peran. Sarana utamanya sederhana namun sarat makna: obor (api seprapak), bawang putih, mesui, jangu, serta bunyi-bunyian seperti kentongan. Elemen-elemen ini digunakan untuk “mengguncang” lingkungan, mengusir segala bentuk gangguan spiritual.

Situs resmi Kota Denpasar juga menyebutkan bahwa Ngerupuk biasanya diawali dengan upacara mecaru—persembahan untuk menetralkan energi negatif—sebelum warga berkeliling dengan obor dan bunyi-bunyian. Tradisi ini menjadi simbol penyucian lingkungan agar siap menyambut Nyepi dengan damai.

Jejak Sejarah dan Makna Tradisi Ngerupuk

Ngerupuk masuk dalam kategori upacara Bhuta Yadnya, ritual yang bertujuan menjaga harmoni antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual. Tradisi ini digelar setelah prosesi Tawur Agung Kesanga, yang biasanya berlangsung pada siang hari di berbagai level masyarakat—mulai dari keluarga, banjar, desa, hingga provinsi. Setiap tingkatan memiliki jenis sesajen atau banten yang berbeda, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

[irp]

Secara historis, Ngerupuk diperingati pada “Tilem Sasih Kesanga,” yakni bulan mati kesembilan dalam kalender Hindu Bali, tepat sehari sebelum Nyepi. Dalam praktiknya, warga berkeliling halaman rumah sambil menaburkan nasi tawur, mengusir Bhuta Kala dengan obor menyala, menyemprotkan mesiu, dan memukul benda apa saja hingga tercipta kegaduhan. Tujuannya jelas: membersihkan lingkungan dari pengaruh buruk.

Tak hanya itu, Ngerupuk juga identik dengan Pawai Ogoh-ogoh yang meriah. Patung-patung raksasa yang melambangkan Bhuta Kala diarak keliling desa, lalu dibakar sebagai simbol pelepasan energi negatif. Kombinasi antara kesakralan dan kemeriahan ini menjadikan Ngerupuk salah satu tradisi yang dinanti setiap tahun.

Kapan Ngerupuk 2025 Digelar?

Jika Anda penasaran dengan jadwal Ngerupuk tahun ini, catat tanggalnya!  Nyepi 2025 jatuh pada 29 Maret 2025, bertepatan dengan Tumpek Bubuh. Artinya, Ngerupuk akan digelar sehari sebelumnya, yakni pada 28 Maret 2025. Momentum ini menjadi waktu yang tepat bagi masyarakat Bali untuk bersiap menyambut Nyepi dengan hati dan lingkungan yang bersih.

[irp]

Mengapa Ngerupuk Penting?

Lebih dari sekadar tradisi, Ngerupuk adalah wujud sradha bhakti—pengabdian yang tulus—kepada nilai-nilai kesucian. Ritual ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan spiritual dan sosial, sekaligus mempererat ikatan komunitas. Bagi wisatawan atau pencinta budaya, Ngerupuk juga menawarkan pengalaman unik untuk melihat kekayaan tradisi Bali secara langsung.

Jadi, jika Anda berkesempatan berada di Bali menjelang Nyepi, jangan lewatkan kemeriahan Ngerupuk. Dari dentuman kentongan hingga nyala obor yang memukau, tradisi ini adalah bukti bahwa budaya Bali tak pernah kehilangan pesonanya.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: