Travel

Tradisi Megoak-Goakan saat Nyepi Desa di Kintamani: Warisan Budaya yang Sarat Makna

Megoak-Goakan saat nyepi di kintamani

 

KINTAMANI, BALIKONTEN.COM – Nyepi Desa di Desa Kintamani merupakan salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan hingga kini. Perayaan ini dilakukan sehari setelah piodalan di Pura Dalem Pingit, yang menurut kalender Bali jatuh pada Wrespati Paing Medangsia saat Purnama Kesembilan atau sekitar bulan Februari–Maret dalam kalender Masehi. Dalam perayaan Nyepi Desa ini, terdapat sebuah tradisi khas yang disebut Megoak-Goakan.

Yang dimana, tradisi tersebut melibatkan seluruh krama dari enam banjar yang ada di Desa Kintamani. Tradisi ini berlangsung di lapangan desa yang terletak di pojok desa (karang suci), yang menjadi bagian penting dari rangkaian upacara keagamaan dan budaya di desa tersebut.

Sejak pagi hari, ratusan warga dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua, berkumpul di lapangan desa dengan mengenakan pakaian adat madya. Suasana penuh semangat terasa saat mereka bersiap untuk melaksanakan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.

[irp]

Megoak-Goakan merupakan permainan tradisional yang menggambarkan strategi dan kebersamaan dalam komunitas. Secara simbolis, permainan ini terinspirasi dari pergerakan burung gagak (goak) yang sedang berburu mangsa. Dalam permainan ini, sekelompok peserta membentuk barisan panjang dengan saling berpegangan pada pinggang peserta di depannya. Orang yang berada di depan berperan sebagai pemimpin atau induk burung gagak, sedangkan yang lain mengikuti di belakangnya.

Tradisi ini bukan hanya sekadar permainan, tetapi memiliki makna filosofis yang mendalam. Gerakan yang dilakukan dalam Megoak-Goakan mencerminkan pentingnya strategi, kekompakan, dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, permainan ini dipercaya sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan yang berstana di Pura Dalem Pingit, sebagai wujud syukur atas berkah dan perlindungan yang diberikan kepada desa.

[irp]

Selain aspek ritual dan keagamaan, tradisi Megoak-Goakan juga menjadi sarana penting dalam mempererat hubungan sosial antarwarga. Dengan berkumpul dan bermain bersama, masyarakat dapat memperkuat ikatan persaudaraan dan menjalin komunikasi yang lebih baik. Hal ini selaras dengan kepercayaan masyarakat setempat bahwa tradisi ini dapat membawa kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan desa.

Melalui tradisi ini, generasi muda juga diajarkan untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka. Partisipasi dari anak-anak maupun remaja dalam tradisi Megoak-Goakan, menjadi bentuk regenerasi budaya. Sehingga tradisi ini tidak hilang di tengah modernisasi yang semakin berkembang.

[irp]

Di era modern, banyak tradisi mulai tergerus oleh perubahan zaman. Namun, masyarakat Desa Kintamani tetap berkomitmen untuk menjaga keberlangsungan Megoak-Goakan sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Dukungan dari pemerintah daerah dan komunitas budaya juga menjadi faktor penting dalam menjaga kelestarian tradisi ini.

Dengan adanya upaya pelestarian yang berkelanjutan, diharapkan Megoak-Goakan tidak hanya menjadi sekadar ritual tahunan, namun dapat dikenalkan lebih luas sebagai bagian dari kekayaan budaya Bali. Tradisi ini dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkenalkan nilai-nilai luhur masyarakat Bali kepada dunia.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: