BULELENG, BALIKONTEN.COM – Ngembak Geni merupakan hari dimana setelah perayaan Nyepi berlangsung dan menjadi momen istimewa bagi masyarakat Banjar Paketan, Desa Adat Buleleng.
Pada hari ini, ratusan warga berkumpul di areal wantilan untuk menyaksikan parade Ngoncang yakni sebuah tradisi kuno yang nyaris punah. Tahun ini, acara biasanya dilakukan pada pukul 16.00 WITA dengan semarak.
Keunikan Tradisi Ngoncang
Tradisi Ngoncang melibatkan penggunaan lesung kayu sepanjang tiga meter yang ditumbuk dengan “lu” atau “antan” untuk menghasilkan ritme khas. Biasanya tradisi tersebut identik dengan perempuan, namun dalam parade kali ini para peserta justru didominasi oleh laki-laki. Mereka tampil mengenakan pakaian yang menarik sehingga menambah kemeriahan suasana.
[irp]
Setiap sekaa terdiri dari 8–10 orang, dengan satu di antaranya bertugas sebagai pemandu agar ketukan “lesung” terdengar harmonis. Sorak-sorai penonton semakin membakar semangat para peserta untuk tampil lebih kompak dalam memainkan alat tradisional ini.
Sekretaris Desa Adat Buleleng, Putu Mahendra, mengungkapkan bahwa tradisi Ngoncang sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan erat kaitannya dengan kehidupan agraris.
Dahulu, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang melimpah. Selain itu, Ngoncang juga sering dikaitkan dengan upaya menolak bala, terutama saat terjadi gerhana bulan atau dalam upacara adat seperti Ngaben.
[irp]
Di Banjar Paketan, biasanya tradisi Ngoncang diyakini telah ada sejak tahun 1876. Hal tersebut diperkuat dengan keberadaan lesung kuno yang masih tersimpan di rumah-rumah warga. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai ditinggalkan dan hampir punah.
Melihat kondisi tersebut, Sekaa Teruna Banjar Paketan berinisiatif untuk membangkitkan kembali tradisi tersebut dengan mengadakan parade Ngoncang. Parade Ngoncang sempat vakum akibat pandemi Covid-19, namun kini telah kembali diselenggarakan dengan peserta yang semakin bertambah.
Ngoncang juga merupakan hasil dari kolaborasi antara desa adat dan dinas serta Banjar Paketan dan Kelurahan Paket Agung juga turut mendukung suksesnya acara ini.
[irp]
Selain berfungsi sebagai hiburan, tradisi ini juga memiliki makna spiritual sebagai sarana komunikasi dengan leluhur dan sebagai simbol perlindungan dari bencana.
***