DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Berikut ini merupakan tradisi unik di Bali yang hanya ditemukan saat suasana Nyepi di Bali. Bukan Ogoh-ogoh atau Melasti namun tradisi ini digelar tepat ketika Ngembak Geni. Pulau Bali dikenal dengan tradisi dan kebudayaannya yang kaya.
Salah satu momen yang paling sakral adalah Hari Raya Nyepi, yang di mana masyarakat menjalani Catur Brata Penyepian yang berarti empat pantangan berupa tidak menyalakan api (amati geni), tidak bepergian (amati lelungan), tidak bekerja (amati karya), dan tidak bersenang-senang (amati lelanguan).
Namun, setelah sehari penuh dalam keheningan dan refleksi, masyarakat Bali kembali menyambut kehidupan dengan penuh kegembiraan. Momen ini dikenal sebagai Ngembak Geni, yang menandai berakhirnya Nyepi dan kembali melakukan aktivitas normal. Tidak hanya itu, ada beberapa tradisi unik yang hanya dilakukan setelah Hari Raya Nyepi sebagai wujud syukur dan perayaan kehidupan. Berikut 4 di antaranya:
[irp]
1. Nyakan Diwang – Masak di Luar Rumah
Di Kabupaten Buleleng, masyarakat memiliki tradisi unik yang disebut “Nyakan Diwang”, yang berarti “memasak di luar rumah”. Tradisi ini dilakukan dengan cara memasak di halaman atau depan rumah menggunakan tungku kayu bakar.Tradisi ini bukan hanya tentang memasak, melainkan menjadi ajang berkumpul bagi keluarga dan tetangga. Sambil menunggu makanan matang, mereka biasanya berbincang, menikmati kopi, dan saling berbagi cerita. “Nyakan Diwang” memiliki makna yang mendalam, yaitu kembali kepada kehidupan sosial setelah seharian dalam keheningan. Ini juga menjadi pengingat bahwa kebersamaan adalah bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Siat Yeh — Jimbaran
Di Desa Adat Jimbaran, masyarakat merayakan “Siat Yeh”, sebuah tradisi perang air yang dilakukan sehari setelah Hari Raya Nyepi. Dalam bahasa Bali, “siat” berarti perang, sedangkan “yeh” berarti air. Tradisi ini melibatkan masyarakat yang berkumpul di dua lokasi sumber air, yaitu rawa Suwung di timur dan pantai Segara di barat. Kemudian, mereka saling menyiramkan air sebagai bentuk permainan yang meriah.
[irp]
Lebih dari sekadar kesenangan, “Siat Yeh” memiliki makna spiritual yang dalam. Yang dimana, air melambangkan kehidupan, kesucian, serta keseimbangan. Perang air ini mengajarkan bahwa, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berjuang melawan antara kebaikan dan keburukan dalam dirinya. Dengan menjaga sumber air dan lingkungannya, masyarakat berharap mendapatkan keberkahan serta kesejahteraan dalam kehidupan.
3. Omed-Omedan – Sesetan
Salah satu tradisi yang paling menarik perhatian wisatawan adalah Omed-Omedan, yang dilakukan oleh warga Desa Sesetan, Denpasar. Dalam bahasa Bali, “omed-omedan” berarti “tarik-menarik”. Tradisi ini dilakukan oleh para pemuda dan pemudi yang sudah berusia 17 hingga 30 tahun yang belum menikah. Mereka dibagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki dan perempuan. Yang kemudian saling tarik-menarik dan berpelukan. Selama prosesi tersebut, para peserta juga disiram air oleh warga sekitar.
Meskipun terlihat seperti ajang permainan, Omed-Omedan sebenarnya memiliki makna kebersamaan dan solidaritas. Ritual ini dipercaya sebagai cara untuk menjaga keharmonisan desa dan menghindari bala. Oleh karena itu, masyarakat percaya bahwa tradisi ini harus terus dilakukan setiap tahun agar desa tetap dalam keadaan aman dan sejahtera.
[irp]
4. Mabuug-Buugan – Jimbaran
Di Jimbaran, terdapat tradisi unik bernama “Mabuug-Buugan”, yang berarti “bermain lumpur”. Pada ritual ini, para peserta melumuri tubuh mereka dengan lumpur sebagai simbol penghapusan dosa dan kotoran batin. Setelah tubuh penuh dengan lumpur, mereka berjalan ke laut untuk membersihkan diri.
Tradisi ini tentunya memiliki makna spiritual yang dalam, yaitu peralihan dari keterikatan duniawi menuju pembersihan jiwa. Lumpur melambangkan segala hal negatif yang melekat dalam diri manusia, sedangkan air laut melambangkan kesucian dan pembaruan.
[irp]
Sejak 2019, Mabuug-Buugan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tradisi-tradisi unik yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi di Bali bukan sekadar perayaan, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang kaya akan makna spiritual dan sosial.
[irp]
Keempat tradisi tersebut menunjukkan bahwa, bagaimana masyarakat Bali merayakan kehidupan dengan penuh syukur dan kebersamaan. Dengan terus melestarikan tradisi-tradisi tersebut, mereka tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada generasi mendatang.
***