Tumpek Wariga “Amrtaning Sarwa Tumuwuh”

 Tumpek Wariga “Amrtaning Sarwa Tumuwuh”

DENPASAR, BALIKONTEN.COM –

Om Swastyastu, Om Awighnamastu namo siddham, Om A no Badrah kratawo yantu wiswatah. Sahabat dharma dimana pun berada, kembali berjumpa dengan Chandra Narayama, dalamuntaian dharma, kali ini saya sekilas membahas tentangTumpek , yakni, apa itu Tumpek Wariga? Apatujuan dan makna Tumpek Wariga? Bagaimana Prosesiupacara Tumpek Wariga? Adakah pesan moral dariTumpek Wariga? Serta apa relevansinya dalamkehidupan saat ini?

1. Pengertian Tumpek Wariga.  Tumpek wariga terdiri dari2 kata yaitu tumpek dan wariga. Tumpek berasal dari kata “Tampek” yang artinya mendekat, kemudian warigamemiliki arti baik, nama wuku dan pelestariantumbuhan. Tumpek Wariga merupakan salah satu hari suciumat untuk melakukan pemujaan khusus kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Sangkara, penguasatumbuh-tumbuhan. Tumpek Wariga juga dikenal sebagaiTumpek Uduh atau Tumpek , Tumpek Pengatag, Tumpek Pengarah. menurut  sundari disebutkan “Wariga Saniscara Kliwon, ngaranpanguduh Sanghyang Sangkara, apan siraamrtaken sarwaning tawuwuh”, artinya hari SaniscaraKliwon Wuku Wariga, disebutlah hari panguduh. Suatu hariuntuk memuja Sanghyang Sangkara, sebab Beliaulah yang menciptakan segala tumbuh-tumbuhan. Jadi tumpek warigadilaksanakan setiap sabtu kliwon wuku wariga untuk memujamanifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai Dewa Sangkara yang merupakan dewanya dari segala macamtumbuh-tumbuhan. Tumpek wariga oleh umat hindu sendiridisebut juga tumpek bubuh, tumpek uduh, pengarah dan tumpek pengatag.

2. Apa tujuan dan makna Tumpek Wariga? TumpekWariga bertujuan untuk memohon berkah dan perlindunganbagi tumbuh-tumbuhan agar dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pada hari ini, umat Hindu menunjukkan rasa syukur dan hormat kepada tumbuhan sebagai sumber kehidupan yang memberikan makanan, obat-obatan, dan berbagai kebutuhanlainnya. Makna dari Tumpek Wariga sangat erat dengankonsep Hita Karana, khususnya aspek hubungan manusiadengan alam. Dengan merayakan Tumpek Wariga, umatHindu diingatkan untuk selalu menjaga keharmonisan denganalam dan melestarikan lingkungan.

BACA JUGA:  4 Fakta Galungan di Bali yang Jarang Diketahui

3. Bagaimana Prosesi upacara Tumpek Wariga? Prosesiupacara dalam tumpek wariga memiliki ciri khasnya yakniumat hindu menghaturkan banten tipat taluh dan tipat gatep, kemudian menghaturkan bubur sumsum sebagaisesajinyaTipat taluh memiliki makna sebagai purusa, sedangkan tipat gatep itu sebagai pradana. Hal ini memilikimakna dengan bertemunya purusa dan pradana akanmenghasilkan buah hasil dari yang ditanam. Sesajen bubur memiliki makna agar tanaman yang ditanam itu menjadisubur. Untuk mengiringi prosesi upacara tersebut terdapatpula sebuah sesontengan yakni “Dong…dong…I Kaki kija? Iagelem. Gelem kenken? Gelem ngeedngeedngeed”, yang memiliki makna Dong berarti dadong merupakansimbul pradana, sedangkan Kaki merupakan simbul purusa, dalam hal ini harapannya apapun yang ditanam agar mendapatkan hasil.

4. Pesan moral dari Tumpek Wariga? Tumpek Wariga mengandung pesan moral yang kuat tentang pentingnyamenjaga kelestarian alam. Dalam konteks modern, tumpekwariga mengajarkan tentang pentingnya pelestarianlingkungan hidup, penghijauan, dan penggunaan sumber dayaalam secara berkelanjutan. Dengan merayakan TumpekWariga, umat Hindu di diingatkan untuk selalu bersyukur, berterima kasih, dan menghargai alam yang telah memberikanmereka kehidupan kita.

5. Relevansinya dalam kehidupan saat ini? Tumpek Wariga dapat dimaknai sebagai ajakan untuk menjaga keseimbangan dan lingkungan hidup. Nilai-nilai yang terkandungdalam upacara ini relevan dengan isu-isu lingkungan yang sedang dihadapi dunia, seperti perubahan iklim, deforestasi, dan pencemaran lingkungan. Dengan demikian, TumpekWariga bukan hanya sekadar tradisi keagamaan, tetapi bentuknyata dari ajaran Hindu yang mendorong kesadaran ekologidan kepedulian terhadap bumi sebagai bersama seluruhmakhluk hidup.

BACA JUGA:  Resep Membuat Lawar Barak untuk Galungan, Berani ?

Sahabat dharma yang berbahagia, demikianlah sepintas yang dapat saya sampaikan tentang tumpek wariga sebagaiamertaning sarwa tumuwuh, semoga bermanfaat, dan tidaklupa mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Akhir kata saya akhiri dengan parama santih.

Om Santih Santih Santih Om. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!