Denpasar, BaliKonten.com – Sosok Yos Darmawan merupakan pencetus ide gelaran musik Bali Revival 2020, yang akan digelar 15 Agustus hingga 17 Agustus mendatang di Monkey Forest, Ubud. Terobosan ini merupakan luapan kegelisahannya sebagai pengusaha melihat pelambatan ekonomi di Bali.
Pengusaha penyelenggara kegiatan ini menilai, kecemasan akan penularan Covid-19 akan selalulah menghantui setiap orang. Dan pada saat yang sama, kita akan berhadapan dengan keterpurukan ekonomi. Sesuai data Bank Indonesia, Bali telah mengalami deflasi atau penurunan harga barang akibat rendahnya daya beli masyarakat.
Menurut pengurus Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia Bali ini, apabila aktifitas ekonomi tidak segera digulirkan, maka bukan tidak mungkin perekonomian Bali akan semakin buruk. Maka, salah satu jalan yang mampu mengakomodir perlindungan kesehatan dan pemulihan ekonomi, adalah penerapan protokol kesehataan.
“Ya ini memang tantangan. Tapi kita harus lawan itu. Kalau kita cuman berdiam diri dengan ketakutan, menjadi orang paranoid, artinya kita tinggal menunggu saja kapan kita selesai ramai-ramai,” ujarnya saat ditanya mengenai potensi munculnya klaster baru penularan Covid-19 dari konser ini.
Menyadari risiko yang cukup tinggi, dia telah merancang konsep yang cukup rigit. Sebagai gambaran, konser musik era baru ini tidak seperti umumnya yang melibatkan banyak orang. Paling banyak, 280 penonton. Sebab panitia membatasi jumlah penonton, dengan membatasi jumlah mobil yang masuk areal konser.
Jumlah mobil yang masuk dibatasi sebanyak 70, dengan jumlah penumpang empat orang. Di areal konser, para penonton juga dibatasi aturan-aturan rigit tentang penerapan protokol kesehatan. Mencuci tangan, pemeriksaan temperatur dan menjaga jarak.
“Kami berupaya mengurangi kontak fisik. Para penonton, sebelumnya juga harus mengisi data, terkait aktifitas dan kondisi kesehatan selama 14 hari sebelumnya. Jika dipandang memenuhi syarat, bisa masuk. Kalau tidak, maaf, kita tidak terima,” beber kolektor mobil kuno ini.
Untuk hadir di konser ini, penonton harus membeli tiket sebesar Rp.400 ribu. Akan hadir musisi ternama, seperti band Lolot, band Navicula, band Di Ubud, The Hydrant, Dialog Dini Hari, Jun Bintang, Dek Ulik, Balawan, dan Manja grup.
Meski sulit mengentaskan persepsi ketakutan akan penularan Covid-19, menurutnya ini menjadi pilihan untuk menggerakkan ekonomi di tengah masa pandemi. Agar aman dari Covid-19, dan tetap produktif, cara semacam ini akan terus dikembangkan.
Memandang dari sisi bisnis, dia mengakui panitia merugi secara finansial. Namun, yang lebih penting adalah ajakan produktif saat pandemi. Melalui kegiatan ini, dia berharap konsep ini membiasakan masyarakat menerapkan protokol kesehatan, sebab akan menjadi pertaruhan.
Pertaruhan yang dia maksud adalah, apabila sukses dan minim risiko, maka kegiatan akan berlanjut. Namun apabila terjadi klaster penularan baru, tentu ini akan berdampak luas. Sadar akan risiko itu, pihaknya telah mengatur secara rigit. (801)