Konser Terapkan Penjarakan Fisik, Begini Curhatan Balawan dan Dadang
Denpasar, BaliKonten.com – Gitaris asal Bali, I Wayan Balawan ikut tampil dalam gelaran musik Bali Revival 2020, 15 Agustus hingga 17 Agustus, di Monkey Forest, Ubud. Ini merupakan konser perdana selama pandemi Covid-19 di Bali.
Musisi lainnya, ada band Lolot, band Navicula, band Di Ubud, The Hydrant, Dialog Dini Hari, Jun Bintang, Dek Ulik, dan Manja grup. Dia mengaku lega. Sebab akhirnya ada kegiatan yang memberi ruang kepada musisi untuk berekspresi.
Lebih dalam dari itu, dia memaknai kegiatan ini sebagai literasi kepada masyarakat agar ikut mengapresiasi karya seni. Sebab, penonton akan dikenai tiket sebesar Rp.400 ribu. Harapan besarnya, masyarakat terbiasa membeli tiket konser.
Dia mengakui bahwa apresiasi masyarakat di Bali terhadap seni, seperti gelaran musik, masih terbilang rendah. Ini dia sampaikan dalam jumpa pers, Bali Revival 2020, Jumat (7/8) di taman otomotif Kebon, Kesiman, Denpasar.
“Sementara ini, semuanya (gelaran musik) sebatas online. Cuman, kita tidak punya budaya untuk beli tiket. Jadi siapa pun bikin (konser) online, ya (apriseasinya) semacam donasi, sukarela, itu yang terjadi” ungkapnya.
Kondisi itu belum bisa dibandingkan dengan daerah lain, Jakarta misalnya, yang meangpresiasi gelaran musik secara profesional dengan membeli tiket dan apresiasi lainnya. Dia mengatakan, apresiasi itu sangat penting bagi seniman.
Khususnya musik, menurutnya, tidak hanya dinikmati sekadar hiburan sepintas. Dia memilih untuk ditonton oleh lima puluh orang yang menikmati gelaran musik, tinimbang ditonton ribuan orang, namun tidak ingin menikmati musik.
“Itu yang terjadi banyak, rame penontonnya, tapi mereka sibuk, selfi misalnya, itu musisi terganggu sebenarnya,” ungkapnya mengungkapkan kegelisahan. Soal Bali Revival 2020, dia sangat mengapresiasi gelaran oleh Fokus Production.
Hal senada diungkap vokalis Dialog Dini Hari, Dadang. Dia menyebutkan, kegiatan ini adalah nuansa baru bagi masyarakat di Bali yang selama ini terbelenggu pandemi Covid-19. Sekaligus, ini juga menjawab kegelisahan musisi berkarya.
“Semua orang (musisi) sudah capek di rumah. Saya pikir, semua akan siap dengan cara apapun untuk bisa tampil sebagai band. Biasanya manggung empat kali seminggu, terus tiba-tiga ngga ngapain,” ungkapnya.
Dia mengatakan, kegiatan ini akan menjadi barometer gelaran musik lainnya. Seandainya berhasil, maka bisa diprediksi akan muncul kegiatan serupa di tempat lain. Soal penjarakan fisik dalam konser, dia menyebut itu hal biasa baginya.
Sebab selama pandemi, dia yang juga gitaris Band Navicula, sudah terbiasa tampil dalam jaringan. Memang, pada awalnya, dia mengaku kurang nyaman. Sebab penjarakan fisik juga mengurangi energi yang dirasakan dari penonton.
“Jadi biasanya band itu akan lebih gila, responnya, energinya, itu yang biasanya yang membuat pertunjukan jadi maksimal,” bebernya. Yang lebih penting, kata dia, industri musik harus kembali bergeliat (801)