23/10/2025

Apa Itu Rahina Patetegan? Rangkaian Saraswati untuk Merenung

doa dan mantram hindu yang digunakan saat purnama tilem

ilustrasi banten/badungkab.go.id/balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Setiap tanggal dalam kalender Bali membawa makna mendalam, terutama dalam ajaran Hindu. Pada ini yang bertepatan dengan Wraspati Wage Watugunung, umat Hindu memperingati Dina Panegtegan, sebuah hari penuh refleksi menjelang perayaan Saraswati pada Saniscara Umanis Watugunung. Hari ini bukan sekadar penanda waktu, melainkan ajakan untuk menata ulang kehidupan dengan penuh kearifan.

Dalam ajaran Hindu, Patetegan mengandung esensi spiritual yang mendorong manusia untuk menyusun skala prioritas hidup demi mencapai urip sejati—kehidupan yang selaras dengan Dharma. Artikel ini akan mengupas makna Patetegan, pentingnya menyusun prioritas hidup, dan bagaimana ajaran ini relevan di era modern, dengan merujuk pada sumber terpercaya seperti laman resmi Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).

Wiweka dan Winaya: Anugerah yang Membedakan Manusia

Menurut ajaran Hindu, manusia dikaruniai dua anugerah istimewa oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa: wiweka (kebijaksanaan dalam membedakan benar dan salah) dan winaya (tata cara hidup yang luhur). Seperti dikutip dari laman PHDI, kedua anugerah ini menjadi pembeda utama antara manusia dan makhluk lainnya. Dalam lontar Bhagawan Garga, dikatakan, “Manadi dados Jadma Mautama juga ngaranya,” yang berarti manusia memiliki potensi untuk menjadi makhluk utama. Namun, potensi ini hanya terwujud jika manusia mampu menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Meski begitu, kehidupan manusia tidak selalu mulus. Banyak yang lahir dalam kondisi penuh tantangan, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Di sinilah wiweka dan winaya berperan sebagai kompas. Keduanya mengarahkan manusia untuk tidak menyalahgunakan anugerah kehidupan, apalagi bertindak melawan Dharma. Patetegan menjadi momen untuk merenung: apakah kehidupan yang kita jalani sudah selaras dengan nilai-nilai luhur? Apakah kita telah menggunakan waktu dan kesempatan dengan bijak?

Makna Dina Panegtegan: Menata Urip Sejati

Dina Panegtegan adalah hari untuk tegteg ring sajeroning manah—berdiri teguh dalam pikiran, kehendak, dan tata cara hidup. Dalam lontar Bhagawan Garga, dinyatakan bahwa “Urip kalantas bukan untuk disalahgunakan menentang Dharma. Ia mesti digunakan semata-mata demi urip yang sejati.” Urip sejati bukanlah kehidupan yang hanya mengejar kesenangan duniawi, melainkan kehidupan yang terarah pada kebenaran, kebijaksanaan, dan pencarian jnana (pengetahuan sejati).

Hari Patetegan mengajak manusia untuk melakukan introspeksi mendalam. Ini adalah waktu untuk mengevaluasi tujuan hidup, menyusun ulang prioritas, dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil membawa kita lebih dekat pada esensi kehidupan yang bermakna. Dalam konteks modern, di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang sering kali dipenuhi distraksi, Patetegan menjadi pengingat untuk kembali ke dasar: apa yang benar-benar penting dalam hidup kita?

Menyusun Skala Prioritas: Keseimbangan antara Idealisme dan Realitas

Salah satu pesan utama Patetegan adalah pentingnya menyusun skala prioritas hidup. Dalam ajaran Hindu, prioritas ini harus disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Idealisme memang penting, tetapi jika hanya mengejar cita-cita tanpa mempertimbangkan realitas, kita justru bisa terjebak dalam masalah baru. Seperti yang tertulis dalam lontar Bhagawan Garga, “Ngulati Sarining Jnana”—mencari inti pengetahuan—memerlukan ketenangan batin (urip kalantas). Tanpa ketenangan, sulit bagi kita untuk melihat mana yang benar-benar layak dikejar dan mana yang perlu ditunda.

Bayangkan seorang pekerja kantoran di kota besar yang terjebak dalam rutinitas: bangun pagi, bekerja hingga larut, lalu terjebak dalam media sosial hingga tengah malam. Di hari Patetegan, ia diajak untuk berhenti sejenak dan bertanya: “Apakah hidupku sudah seimbang? Apakah aku sudah memberikan waktu untuk keluarga, kesehatan, atau pengembangan diri?” Dengan menyusun prioritas—misalnya, mengurangi waktu di media sosial demi meditasi atau waktu berkualitas bersama keluarga—ia bisa mendekati urip sejati yang lebih bermakna.

Relevansi Patetegan di Era Modern

Di tengah kehidupan modern yang penuh tekanan, ajaran Patetegan terasa semakin relevan. Banyak orang terjebak dalam mengejar ambisi tanpa henti, lupa bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya terletak pada pencapaian materi, tetapi juga pada keseimbangan batin dan hubungan dengan sesama. Patetegan mengajarkan bahwa menyusun prioritas hidup bukanlah tentang mengorbankan impian, melainkan tentang membuat keputusan bijak yang selaras dengan kapasitas dan tujuan jangka panjang.

Misalnya, seorang mahasiswa mungkin bermimpi menjadi pengusaha sukses. Namun, jika ia memaksakan diri mengambil terlalu banyak proyek tanpa mempedulikan kesehatan atau studinya, ia justru bisa kehilangan keseimbangan. Patetegan mengingatkan untuk memilih langkah yang realistis: fokus pada pendidikan saat ini, membangun jaringan, dan menabung pengalaman untuk masa depan.

Mengapa Patetegan Penting untuk SEO dan Pembaca?

Artikel ini dirancang untuk menarik perhatian mesin pencari sekaligus memikat pembaca. Dengan memasukkan kata kunci seperti Patetegan, Hari Saraswati, skala prioritas hidup, ajaran Hindu, dan urip sejati, konten ini relevan untuk pencarian terkait budaya Bali dan spiritualitas Hindu. Gaya penulisan yang luwes dan narasi yang mengalir membuat pembaca betah, sementara struktur yang jelas—dengan subjudul dan paragraf pendek—mempermudah indeksasi oleh mesin pencari seperti Google.

Penutup: Aksi Nyata dari Patetegan

Dina Panegtegan pada 20 Oktober 2022 adalah panggilan untuk berhenti sejenak di tengah kesibukan. Ini adalah momen untuk merenung, menata ulang prioritas, dan memastikan bahwa hidup kita selaras dengan Dharma. Dengan wiweka dan winaya sebagai bekal, kita diajak untuk menciptakan urip sejati yang penuh makna. Mulailah dengan langkah kecil: tulis daftar prioritas Anda hari ini, pisahkan mana yang mendesak dan mana yang bisa ditunda, lalu jalani hidup dengan penuh kesadaran. Seperti pesan Bhagawan Garga, hidup adalah anugerah yang harus dijalani dengan bijak, bukan disia-siakan.

***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE