DENPASAR, BALIKONTEN.COM –
Mungkin tida banyak yang mengetahui bahwa seorang Ayu Laksami adalah seorang musisi juga, maklum saja selama ini dia lebih dikenal sebagai seorang aktris terlebih pasca kesuksesannya dalam memerankan Ibu dalam film Pengabdi Setan.
Ayu Laksmi, seniman multitalenta asal Bali, telah menorehkan jejak gemilang di dunia musik dan perfilman Indonesia. Lahir di Singaraja, Buleleng, Bali, pada 25 November 1967, wanita bernama lengkap I Gusti Ayu Laksmiyani ini dikenal sebagai pionir penyanyi rock wanita dari Pulau Dewata yang sukses menembus panggung nasional pada era 1990-an. Dijuluki Lady Rocker, ia tak hanya memukau lewat suara emasnya, tetapi juga melalui perjalanan karir yang menginspirasi di bidang seni.
Awal Mula Terjun ke Dunia Seni
Berlatar belakang keluarga yang kental dengan seni musik, Ayu Laksmi menunjukkan bakatnya sejak usia dini. Anak bungsu dari pasangan I Gusti Putu Wiryasutha dan I Gusti Ayu Sri Haryati ini mulai mengasah kemampuan seninya sejak berusia 4 tahun. Bersama kakak-kakaknya, Ayu Weda dan Ayu Partiwi, ia membentuk grup vokal bernama Ayu Sisters. Trio ini berhasil mencuri perhatian pada ajang BRTV (Bintang Radio dan Televisi) tingkat Provinsi Bali pada 1983, meraih juara pertama. Tak berhenti di situ, Ayu Sisters juga menyabet peringkat ketiga dan penghargaan Penampilan Terbaik di tingkat nasional pada ajang yang sama.
Karier musik Ayu semakin bersinar ketika ia merilis album perdana berjudul Istana yang Hilang pada 1991. Meski album ini kurang sukses secara komersial, suara khasnya sempat menghiasi soundtrack film nasional dan akrab di telinga pecinta musik Indonesia kala itu. Namun, setelah album tersebut, Ayu memilih untuk sementara meninggalkan dunia musik nasional dan kembali ke Bali untuk menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Udayana, lulus pada 1993.
Bangkit Kembali dengan Semangat Baru
Selepas menyelesaikan kuliah, Ayu Laksmi tak berhenti berkarya. Ia memulai kembali karir seninya dari nol, tampil dari kafe ke kafe di Bali, hingga sempat menyanyi di kapal pesiar di perairan Karibia. Dalam penampilannya, ia memukau penonton dengan menyanyi dalam tiga bahasa: Inggris, Spanyol, dan Prancis. Pengalaman ini memperkaya wawasannya sebagai seniman.
Pada usia 37 tahun, Ayu menyadari kekayaan budaya Indonesia sebagai sumber inspirasi yang tak ternilai. Ia mulai menciptakan komposisi musik yang memadukan unsur tradisional dan modern, menghasilkan karya yang unik dan autentik. Pada 2008, ia menjajal dunia akting dengan membintangi film Under the Tree karya sutradara Garin Nugroho. Perannya dalam film ini mengantarkannya masuk nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2008 dan Tokyo International Film Festival 2008.
Karya Musik yang Menggugah: Svara Semesta
Setelah vakum selama 20 tahun dari industri musik, Ayu Laksmi kembali dengan album solo keduanya, Svara Semesta, pada 2011. Album ini menjadi bukti keberaniannya mengeksplorasi musik dengan konsep yang matang. Ayu bertindak sebagai produser sekaligus penggubah aransemen, memadukan lima bahasa—Sansekerta, Kawi, Bali, Indonesia, dan Inggris—dalam karya-karyanya. Berlandaskan filosofi Tri Hita Karana, album ini mengangkat tema hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Svara Semesta berhasil masuk nominasi 20 Album Terbaik 2011 dan Desain Grafis Terbaik di AMI Awards 2012.
Selain itu, Ayu kerap tampil di festival musik dengan membawakan Kakawin kuno, puisi berbahasa Jawa dari Kitab Arjuna Wiwaha, dengan gaya kontemporer yang memikat. Penampilannya ini memperkuat posisinya sebagai seniman yang mampu menjembatani tradisi dan modernitas.
Kiprah di Dunia Perfilman
Karier akting Ayu Laksmi semakin melejit setelah perannya sebagai Ibu dalam film horor Pengabdi Setan (2017) karya Joko Anwar. Dalam film yang berhasil menarik lebih dari 4 juta penonton ini, ia memerankan karakter yang menderita penyakit misterius dengan penuh intensitas. Penampilannya menuai pujian dan membuat namanya semakin dikenal luas. Selain Pengabdi Setan, Ayu juga membintangi sejumlah film lain seperti Ngurah Rai (2013), Soekarno (2014), dan The Seen and Unseen (2017).
Penghargaan dan Pengakuan
Perjalanan panjang Ayu Laksmi di dunia seni telah dihiasi berbagai penghargaan. Ia terpilih sebagai Duta Lingkungan Hidup Bali pada 2005, Ibu Budaya oleh Komunitas Spiritual Puri Agung Dharma Giri Utama pada 2012, dan Duta Perdamaian oleh Komunitas Gema Perdamaian pada 2015. Pada 2017, ia menerima Saraswati Award di Rishikesh, Uttarakhand, India, serta penghMMA masuk dalam daftar Year in Search oleh Google untuk perannya dalam Pengabdi Setan.
Kehidupan Pribadi
Ayu Laksmi menikah dengan Steven Van Lierde, seorang warga negara asing, dan tetap menjalani kehidupan yang dekat dengan seni dan budaya Bali. Ia terus aktif berkarya, menyeimbangkan peran sebagai musisi, aktris, dan duta budaya yang memperjuangkan pelestarian tradisi Indonesia.
Dengan perpaduan talenta musik dan akting, serta dedikasi terhadap budaya, Ayu Laksmi telah membuktikan diri sebagai salah satu seniman paling berpengaruh dari Bali. Kiprahnya di panggung nasional dan internasional menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin mengejar passion mereka di dunia seni.
***