Seputar Bali

Bukan Sekedar Ciuman, Ketahui Sejarah dan Makna dari Tradisi Omed-omedan di Sesetan

apa maksud dari pelaksanaan omed-omedan di sesetan

 

 

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Bali memiliki banyak tradisi yang salah satunya adalah Omed-omedan di Sesetan, Denpasar.

 

Tradisi yang sudah berlangsung secara turun temurun itu memang menjadi salah satu daya tarik ketika Nyepi telah selesai dilaksanakan.

 

Bahkan banyak yang menyebut jika pelaksanaan tradisi Omed-omedan selayaknya sebuah festival tahunan.

BACA JUGA:  Tidak Ditemukan Dewasa Melaspas, Agustus Baik Hanya Ada Satu

Tradisi Omed-omedan digelar pada sore hari disaat Ngembak Geni bertempat di Desa Sesetan.

 

Peserta Omed-omedan tidak sembarangan dan memang menurut penuturan warga setempat, tradisi ini diikuti oleh warga asli Sesetan di DEsa Banjar Kaja

 

Mereka yang ikut dalam tradisi ini rata-rata berusia antara 17 hingga 30 tahun pria dan wanita.

BACA JUGA:  Mau Bersedekah? Ini Hari Baik yang Bisa Digunakan Berdasarkan Hindu

Omed-omedan ini dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan sebagai aktifitas saling tarik. Sedangkan inti dalam pelaksanaan Omed-omedan adalah pelukan, cium, siram air lalu ditarik.

 

Awalnya, peserta akan dibagi menjadi dia kelompok saling berhadapan. Masing-masing kelompok memilih satu pria dan satu wanita yang nantinya akan “diadu” di tengah kemudian keduanya berpelukan saling cium lalu disiram dan ditarik.

 

Adapun tujaun dari pelaksanaan tradisi Omed-omedan ini adalah untuk memperkuat rasa saling asah saling asih dan saling asuh.

BACA JUGA:  Jangan Keliru! Bukan Minggu atau Senin, Penjor Galungan Dipasang Hari Selasa Sore

Sebelum dan sesudah dilaksanakannya tradisi Omed-omedan ada beberapa rangkaian yang dilaksanakan.

 

Dari situs resmi Kota Denpasar disebutkan bahwa tradisi Omed-omedan ini asalnya dari Kerajaan Puri Oka di Denpasar Selatan.

 

Warga setempat memiliki keinginan untuk membuat sebuah permainan yang menjadi cikal-bakal tradisi Omed-omedan.

BACA JUGA:  Hari Baik Pindah Rumah Sepanjang Oktober 2024, Guntur Umah Jadi Patokan

Tapi karena suasana jadi gaduh, Raja Puri Oka yang sedang sakit keras pun marah-marah, sebab terganggu dengan suara berisik tersebut. Namun, begitu Sang Raja keluar dan melihat permainan omed-omedan ini, dia malah sembuh dari penyakitnya.

 

Sejak saat itu, Sang Raja pun memerintahkan warga agar omed-omedan diselenggarakan setiap tahun, setiap menyalakan api pertama atau Ngembak Gni selepas Hari Raya Nyepi.

 

Tradisi omed-omedan sempat berhenti dilakukan oleh masyarakat Desa Sesetan. Namun, beberapa saat setelah dihentikan terjadi sebuah kejadian aneh, yaitu ada dua ekor babi yang saling berkelahi di depan pelataran Pura.

BACA JUGA:  Mau Brecocok Tanam? Besok Hari Baik atau Dewasa Ayunya Tapi Tidak Baik untuk Melaspas

Warga pun menganggap kejadian tersebut merupakan sebuah pertanda buruk. Sejak saat itulah Omed-omedan kembali dilaksanakan. Bagi traveler yang ingin tertawa dan bergembira bersama warga Sesetan, rasanya wajib ikutan nonton Omed-omedan yang begitu khas di Bali. ***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

Shares: