Garuda Indonesia Online Travel Fair Diskon Tiket Hingga 80 Persen, Yuk Cek Rutenya
Dewasa Ayu Kajeng Kliwon Enyitan, Baik untuk Segala Pekerjaan
DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Kajeng Kliwon Enyitan adalah rahinan Hindu yang datang setelah Tilem.
Rahinan ini begitu dikeramatkan dan juga dianggap sakral, ketika Kajengkliwon juga banyak digunakan untuk dewasa ayu.
Biasanya dipakai untuk melukat, aneka pekerjaan hingga aktifitas lainnya.
Kajeng kliwon ini adalah rahinan yang datang atas bertemunya Tri wara Kajeng dengan Pancawara Kliwon.
Di mana Tri wara ini terdiri dari Pasah, Beteng, Kajeng dan Panca wara terdiri dari Umanis, Pahing, Pon, Wage dan juga Kliwon.
Bertemunya Kajeng Kliwon ini adalah perpaduan antara bhuana agung dengan bhuana alit.
Berbeda dengan Purnama Tilem, rahina ini datang setiap 15 hari sekali dan satu yang datang setiap 6 bulan yakni Kajeng Kliwon Pamelastali.
Disaat kajeng kliwon, dikatakn para bhuta kala datang untuk mengganggu umat manusia, sehingga ini perlu dinetralisir dengan segehan.
Tentunya terkait banten yang digunakan ketika melaksanakan kajeng kliwon menyesuaikan dengan desa kala patra serta kemampuan setiap umat.
Pun ketika Kajeng Kliwon umat Hindu akan melaksanakan persembahyangan yang berbeda dari biasanya yakni dengan menghaturkan sarana berupa segera dan tipat dampul.
Banten segehan/blabaran menjadi salah satu sarana untuk menetralisir kekuatan negatif.
Kajeng Kliwon terjadi ketika bertemunya Tri Wara Kajeng dengan Panca Wara Kliwon.
Bertemunya Kajeng dan Kliwon ini diyakini sebagai saat energy alam semesta yang memiliki unsur dualitas bertemu satu sama lain.
Terkait Pancawara Kliwon, dalam Lontar Sundarigama disebutkan:
Nihan taya amanah, kunang ring panca terane, semadi Bhatara Siwa, sayogia wong anadaha tirtha gocara, ngaturaken wangi ring sanggar, muang luwuring paturon maneher menganing akna cita.
Wehana sasuguh ring natar umah, sanggar, ring dengen, dening sega kepel duang kepel dadi atanding, wehakna ada telung tanding, iwaknia bawang jae.
Kang sinambat ring natar, Sang Kala Bucari.
Ring sanggar Bhuta Bucari.
Ne ring dengen, Sang Durga Bucari
Ika pada wehana labaan, nangken kaliyon, kinon rumaksa umah, nimitania. Pada anemu sadia rahayu. Kunang yan kala biyantara keliyon, pakerti tunggal kayeng lagi.
Terjemahannya
Disaat Pancawara Kliwon, Bhatara Siwa tengah melakukan payogan. Ketika itu sepatutnya menyucikan diri dengan mempersembahkan banten wangi-wangi di merajan dan juga di atas tempat tidur.
Persembahkan segehan kepel dadua (2) dalam satu tanding distiap tempat (halaman rumah, halaman merajan dan pintu keluar masuk pekarangan rumah).
Banten tersebut ditujukan kepada Sang Bhuta Bhucari di natar (halaman) merajan.
Sang durgha Bhucari di pintu keluar masuk rumah.
Dan di halaman rumah kepada Sang Kala Bhucari.
Dengan tambahan segehan lima warna atau manca warna limang tanding. Di samping kori sebelah atas dihaturkan canang wangi-wangi, burat wangi, canang yasa dan dipersembahkan kepada Hyang Durga Dewi.
Lalu yang dihaturkan pada bagian bawah untuk Sang Durga Bhucari, Kala Bhucari dan juga Bhuta Bhucari.
Jika tidak menghaturkan tersebut maka ketiganya akan mengganggu penghuni rumah.
Dalam buku pokok-pokok wariga karya I. B Suparta Ardhana, Kajeng Kliwon Uwudan adalah hari yang tepat untuk emnghidupkan ilmu hitam atau aji pengiwa.
Sedangkan ketika Kajeng Kliwon Enyitan adalah waktu terbaik untuk membuat sesikepan atau jimat atau hal yang berkaitan dengan kekuatan gaib.
Ala Ayuning Dewasa, 5 September 2024
Amerta Danta. Baik untuk melakukan tapa, brata, yoga, semadi, penyucian diri, segala pekerjaan.
Dina Jaya. Baik untuk belajar menari atau pengetahuan yang lain dan mengandung unsur keunggulan.
Dina Mandi. Baik untuk upacara penyucian diri, memberikan petuah-petuah, membuat jimat.
Geni Rawana. Baik untuk segala pekerjaan yang menggunakan api. Tidak baik untuk mengatapi rumah, melaspas, bercocok tanam.
Kala Kutila Manik. Baik untuk membuat ranjau, pagar, rintangan, lubang penghalang maupun pemisah, alat perangkap, upacara Bhuta Yadnya.
Kala Lutung Megandong. Baik untuk menanam pijer (bibit kelapa yang baru tumbuh), menanam buah-buahan.
Karnasula. Baik untuk membuat kentongan, bajra, kendang, kroncongan (denta sapi dari kayu) dan sejenisnya. Tidak baik untuk membangun rumah tempat tidur, mengadakan rapat atau pertemuan.
Lutung Megandong. Baik untuk menanam buah-buahan dan umbi-umbian
Pepedan. Baik untuk membuka lahan pertanian baru. Tidak baik untuk membuat peralatan dari besi.
Rangda Tiga. Tidak baik melakukan upacara pawiwahan.
Srigati Jenek. Baik untuk membibit/menanam padi, menyimpan padi dilumbung, serta pelaksanaan upacaranya.
Taliwangke. Baik untuk memasang tali penghambat di sawah atau di kebun, memperbaiki pagar, membuat tali pengikat padi/benda-benda mati. Tidak baik untuk mulai mengerjakan benang tenun, membuat tali ternak.
Pararasan: Laku Air, Pancasuda: Bumi Kepetak, Ekajalaresi: Tininggalin Suka, Pratiti: Upadana. ***