DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Siwaratri, salah satu hari suci dalam agama Hindu, memiliki makna mendalam sebagai momen refleksi spiritual melalui yoga semadi. Hari ini bukanlah saat untuk hura-hura, melainkan waktu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, khususnya kepada Dewa Siwa, melalui penyucian diri secara menyeluruh—meliputi pikiran, perkataan, dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha).
Dalam tradisi Hindu, Siwaratri diperingati sebagai malam ketika Dewa Siwa beryoga semadi. Oleh karena itu, umat Hindu dianjurkan untuk mengikuti jejak beliau dengan melakukan meditasi dan refleksi mendalam. Inti dari perayaan ini adalah mengarahkan pikiran sepenuhnya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, menjalankan ajaran Dharma, serta menjauhkan diri dari perbuatan yang membawa karma buruk.
Dewa Siwa, salah satu manifestasi Tuhan dalam konsep Tri Murti, memiliki peran melebur segala yang ada di dunia. Sakti beliau adalah Dewi Uma, yang dikenal sebagai Dewi Durga saat beliau berstana di Pura Dalem. Kehadiran Dewa Siwa dalam perayaan ini mengingatkan umat akan tugas meleburkan kekotoran batin dan mengembalikan diri ke jalan yang benar.
Tata Cara Pelaksanaan Siwaratri
Dalam berbagai lontar yang menjelaskan Siwaratri, terdapat beberapa brata (pantangan) dan laku spiritual yang harus dijalankan, antara lain:
- Monabrata
Tidak berbicara dan berdiam diri untuk mencapai kedamaian batin. - Upawasa
Menahan diri dari makan dan minum sepanjang hari. - Jagra
Berjaga sepanjang malam tanpa tidur, sebagai simbol pengendalian diri dan fokus kepada meditasi.
Brata ini menjadi ciri khas perayaan Siwaratri, karena membantu umat memanfaatkan momen suci yang hanya datang setahun sekali dengan penuh kesungguhan.
Selain itu, umat juga melaksanakan maprayascita atau penyucian diri, baik secara fisik maupun spiritual. Ritual ini dimulai dengan menghaturkan banten pejati di sanggah atau tempat suci lainnya, serta sembahyang kepada Dewa Surya, yang dikenal sebagai dewa kesayangan Dewa Siwa. Dalam tradisi Bali, Dewa Surya disebut Siwa Raditya atau Surya Raditya.
Prosesi Sembahyang dan Puasa
Sembahyang dimulai dengan memohon kesaksian Dewa Surya, kemudian dilanjutkan dengan memohon tuntunan leluhur, dan akhirnya menghaturkan doa kepada Dewa Siwa di padmasana atau pura. Tapa semadi dilakukan untuk menjaga agar tetap fokus, berjaga (Jagra), dan berpuasa (Upawasa).
Puasa dimulai sejak pagi hari pada panglong ping 14 sasih kapitu hingga keesokan harinya selama 24 jam. Setelah puasa selesai, umat dianjurkan berbuka dengan nasi putih, air putih, dan garam sebagai simbol kesederhanaan.
Prosesi sembahyang dilakukan tiga kali:
- Menjelang malam panglong ping 14 sasih kapitu.
- Pada tengah malam.
- Menjelang pagi keesokan harinya.
Refleksi Spiritual
Siwaratri adalah momen introspeksi untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kesadaran spiritual. Dengan menjalankan brata, umat Hindu diajak untuk mengendalikan diri, membersihkan hati, dan mendekatkan diri kepada Dewa Siwa.
Sebagai perayaan yang penuh makna, Siwaratri mengingatkan umat Hindu untuk senantiasa hidup sesuai dengan ajaran Dharma, menjaga kesucian diri, dan membangun hubungan yang harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Â