DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Hari ini, umat Hindu merayakan Tumpek Landep, sebuah perayaan suci yang jatuh setiap enam bulan sekali pada Saniscara Kliwon Wuku Landep. Tumpek Landep memiliki makna mendalam yang sering kali terdistorsi seiring perkembangan zaman. Tumpek Landep biasanya dimanfaatkan juga sebagai waktu yang tepat untuk dewasa ayu melaspas motor, kendaraan atau bangunan.
Filosofi di Balik Tumpek Landep
Secara etimologi, “Tumpek” berarti mendekati, sedangkan “Landep” bermakna tajam. Dalam konteks spiritual, Tumpek Landep adalah momentum untuk menajamkan pikiran (manah), kecerdasan (buddhi), dan kesadaran (citta). Dengan pikiran yang jernih dan tajam, umat Hindu diharapkan mampu membedakan yang baik dan buruk serta berperilaku berdasarkan nilai-nilai agama.
Tumpek Landep juga merupakan hari pemujaan kepada Sang Hyang Siwa Pasupati, Dewa yang memberikan taksu atau karisma. Setelah merayakan Hari Raya Saraswati sebagai peringatan turunnya ilmu pengetahuan, umat Hindu pada Tumpek Landep memohon agar ilmu tersebut membawa berkah dan ketajaman dalam berpikir serta bertindak.
Ritual dan Tradisi Tumpek Landep
Salah satu tradisi utama dalam perayaan Tumpek Landep adalah pembersihan serta penyucian pusaka leluhur, seperti keris, tombak, dan senjata tradisional lainnya. Inilah sebabnya Tumpek Landep kerap disebut sebagai “otonan besi.”
Namun, dalam perkembangannya, banyak masyarakat yang lebih fokus pada upacara bagi kendaraan bermotor, seperti mobil dan motor, serta peralatan kerja berbahan logam. Padahal, inti utama dari Tumpek Landep adalah penyucian diri dan ketajaman berpikir, bukan sekadar merawat benda-benda berbahan besi.
Meluruskan Makna Tumpek Landep
Melakukan upacara untuk kendaraan dan peralatan berbahan logam pada Tumpek Landep memang tidak dilarang, namun hal itu hanyalah nilai tambahan. Inti dari perayaan ini tetaplah introspeksi diri dan penyucian pikiran. Dengan tajamnya manah, buddhi, dan citta, umat Hindu diharapkan mampu mengalahkan kebodohan, kegelapan, dan penderitaan.
Jika ditinjau lebih dalam, upacara terhadap kendaraan dan alat kerja sebenarnya lebih sesuai dilakukan pada Tumpek Kuningan. Tumpek Kuningan adalah momentum untuk bersyukur atas fasilitas yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta memohon keselamatan dalam penggunaannya.
Momentum Introspeksi Diri
Pada hari Tumpek Landep, umat Hindu dianjurkan untuk melakukan persembahyangan di sanggah, merajan, atau pura, memohon berkah dari Ida Sang Hyang Siwa Pasupati agar diberikan ketajaman berpikir untuk menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Bagi para seniman, Tumpek Landep juga menjadi hari penting untuk memohon taksu agar karya seni mereka memiliki kekuatan spiritual, mendapat apresiasi, dan mampu menyampaikan pesan moral yang mencerdaskan umat.
Tumpek Landep bukanlah sekadar upacara untuk kendaraan atau peralatan kerja berbahan logam, melainkan momen sakral untuk mengasah ketajaman pikiran dan karakter agar selalu selaras dengan ajaran agama. Membersihkan dan menyucikan kendaraan boleh saja dilakukan, tetapi jangan sampai mengalihkan esensi utama dari perayaan ini.
Dengan memahami makna sejati Tumpek Landep, umat Hindu dapat lebih bijaksana dalam merayakan hari suci ini, sehingga tetap berpegang pada nilai-nilai spiritual yang sesungguhnya. ***