JAKARTA, BALIKONTEN.COM – Konflik geopolitik antara Iran dan Israel kembali memanaskan suasana di pasar modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat adanya lonjakan volatilitas pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seiring memanasnya ketegangan di Timur Tengah.
Direktur Perdagangan dan Peraturan Anggota BEI, Irvan Susandy, mengungkapkan bahwa fluktuasi pasar ini dipicu oleh ketidakpastian akibat perang Iran-Israel. Meski demikian, Irvan optimistis bahwa gejolak ini bersifat sementara.
Mengacu pada pengalaman sebelumnya, seperti konflik Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022 dan konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023, IHSG cenderung pulih dengan cepat. “Dua bulan setelah konflik meletus, IHSG berhasil rebound dan naik sekitar 4%,” ujar Irvan dalam wawancara di Jakarta.
BEI tetap waspada dengan memantau dampak konflik Iran-Israel terhadap perekonomian global dan domestik. Irvan menegaskan bahwa pihaknya berharap ketegangan segera mereda untuk mencegah gangguan rantai pasok yang dapat memicu kenaikan harga komoditas. “Kami ingin memastikan stabilitas pasar modal tetap terjaga dan perekonomian dunia tidak terganggu,” tambahnya.
Data BEI menunjukkan IHSG sempat tertekan, melemah 0,53% ke level 7.166,06 saat konflik Iran-Israel berkobar pada Jumat. Transaksi di pasar mencapai Rp 15,21 triliun dengan volume perdagangan 26,69 miliar saham dan frekuensi 1.365.127 kali. Selama periode 9-13 Juni 2025, IHSG juga turun 0,74% dari level 7.113,425 pada pekan sebelumnya. Meski begitu, pasar mencatatkan net foreign buy sebesar Rp 478,76 miliar pada Jumat, menunjukkan kepercayaan investor asing masih terjaga.
Irvan menegaskan bahwa BEI terus memonitor dinamika pasar. “Investor kita sudah semakin cerdas dan terinformasi. Kami yakin mereka bisa menghadapi situasi ini dengan bijak,” tutupnya.
***