Gianyar, Balikonten.com – “Sari Karya Utama” merupakan salah satu rumah produksi bokor di Desa Bresela, Payangan, Gianyar yang tetap produktif saat pandemi Covid-19. Namun usaha lokal binaan Bank Pembangunan Daerah Bali kini fokus melayani pelanggan dan sesuai permintaan.
Meski begitu, usaha yang mulai sejak 2018 lalu ini berupaya tetap menjaga kualitas produk, meski permintaan tak sebanyak sebelum pandemi. Pemilik, Nyoman Kartana menyebutkan, menjaga kualitas merupakan komitmen andalan dalam mengikuti ritme persaingan antar perajin.
“Sebisa mungkin kami pertahankan kualitas. Mengikuti motif terbaru, tetap menjaga campuran bahan. Sebelum dijual, kalau ada yang bolong-bolong, kami tidak jual,” ujarnya.
Itu ia sampaikan saat dikunjungi Wakil Divisi Umum dan Kesekretariatan BPD Bali Pusat, Ni Nyoman Sri Utari Tresna dan jajaran, Jumat (11/12) lalu di rumah produksinya. Sembari meninjau proses pengecatan, Kartana mengatakan, produk yang diproduksi meliputi bokor, dulang, sokasi, bogem berbahan resin fiberglass.
Kartana yang saat itu didampingi istrinya, Ni Wayan Ekayanti, mengatakan penurunan omset tersebut berdampak terhadap penyusutan tenaga kerja lokal Payangan. Sebelumnya, pihaknya mempekerjakan puluhan pekerja di bagian produksi. Kini, pekerja lokal yang diberdayakan bekerja apabila ada permintaan saja.
“Sebelumnya kami sempat kekurangan tenaga kerja. Tapi sekarang kalau ada order, baru kita panggil. Kebetulan mereka ibu rumah tangga dekat-dekat di sini,” ujar Ekayanti. Soal produktifitas, dia mengatakan setiap hari pekerja mampu menghasilkan 20 buah per satu jenis barang, khususnya jenis dulang yang rumit.
Sementara untuk produksi sokasi, relatif lebih cepat karena tahapannya lebih singkat. Setiap pekerja dapat memproduksi 50 buah dalam sehari. Ekayanti menambahkan, dalam mengembangkan usaha yang digelutinya sejak 2018 lalu tersebut dirinya sangat terbantu oleh BPD Bali, khususnya untuk permodalan.
“Ya memang usaha ini tidak bisa modal sedikit. Untuk bikin satu jenis barang saja modalnya bisa puluhan juta bikin master ukirannya. Belum lagi bahan, satu drum Rp.10 juta,” akunya. Dia juga berterimakasih kepada BPD Bali yang telah memberikan relaksasi pembayaran kredit di tengah penjualan yang tak menentu ini. (801)