17/11/2025

Dari Penyanyi Hingga Politisi, Ini Profil Diana Prasta Anak Pertama Giri Prasta

profil diana prasta

Diana Prasta/ Balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Di tengah hiruk-pikuk urusan pemerintahan Pulau Dewata, muncul sosok muda yang tak hanya mewarisi semangat ayahnya, tapi juga merintis jalan sendiri untuk memberi dampak nyata bagi masyarakat. Ni Putu Diana Putri, anak sulung Wakil Gubernur Bali I Nyoman Giri Prasta, baru saja dilantik sebagai Ketua Tanam Tuwuh Provinsi Bali.

Acara pelantikan itu digelar di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, tepat pada Senin, 28 April 2025. Saat itu, Diana, yang akrab disapa Diana Prasta, berdiri tegar di depan para pengurus, siap membawa misi sosial komunitasnya ke setiap sudut Bali.

Sebagai lulusan sarjana kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud), Diana Putri lahir di Denpasar pada 1 September 1997. Ia mendirikan Tanam Tuwuh sebagai wadah untuk aksi sosial yang lebih terstruktur, dan kini, bersama jaringan pengurus di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota se-Bali, ia bertekad memperluas jangkauan program-programnya hingga pelosok-pelosok terpencil Pulau Dewata. “Kami siap bergerak lebih luas, menyentuh mereka yang paling membutuhkan,” katanya dengan nada penuh keyakinan usai pelantikan.

Tanam Tuwuh bukanlah komunitas yang asal-asalan. Mereka mengusung tiga program utama yang dirancang dengan teliti, menekankan kualitas daripada sekadar kuantitas. “Program kami sedikit, tapi kami mementingkan kualitas daripada kuantitas,” ungkap Diana Putri, yang juga dikenal sebagai Diana Prasta, saat berbincang dengan wartawan di sela acara.

Program pertama, Tanam Tuwuh Berbagi, berfokus pada kegiatan sosial langsung yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali. Ini mencakup pembagian sembako untuk keluarga miskin, bantuan darurat bagi korban bencana alam, dan berbagai aksi sosial lainnya yang bertujuan meringankan beban warga rentan. Di era di mana bencana seperti banjir atau gempa bisa datang tiba-tiba, inisiatif seperti ini menjadi penopang penting bagi komunitas lokal.

Lalu ada Tanam Tuwuh Sehat, yang secara khusus menyasar kesehatan anak-anak paling rentan. Program ini memfasilitasi imunisasi wajib bagi bayi atau balita yang kehilangan orang tua. “Kami dari Tanam Tuwuh akan memprioritaskan anak-anak balita atau bayi yang baru lahir yang tidak memiliki ibu dan bapak,” ujar Diana dengan nada empati yang mendalam. Bayangkan saja, di tengah Pulau Bali yang dikenal dengan keindahan pantainya, masih ada anak-anak kecil yang berjuang tanpa perlindungan dasar seperti vaksinasi – itulah yang ingin diatasi oleh program ini, memastikan generasi muda Bali tumbuh sehat dan kuat.

Program ketiga, Tanam Tuwuh Mengajar, adalah yang paling dekat dengan hati Diana sebagai seorang pendidik di luar profesi kedokterannya. Fokus utamanya adalah memberikan les gratis kepada anak-anak di daerah pelosok Bali, khususnya pelajaran membaca dan bahasa Inggris. Diana menekankan bahwa kegiatan ini akan menyentuh wilayah-wilayah yang belum pernah dijangkau oleh komunitas sosial lain.

“Kami akan mengajarkan membaca dan bahasa Inggris. Membaca itu adalah dasar dari semuanya. Kenapa juga bahasa Inggris? Karena kita semua tahu Pulau Dewata kita tercinta ini adalah kawasan pariwisata,” tuturnya, sambil tersenyum mengingat potensi Bali sebagai destinasi wisata internasional.

Isu rendahnya kemampuan membaca, seperti yang baru-baru ini ramai dibahas di Buleleng, menjadi salah satu pemicu utama program ini. Diana mengungkapkan bahwa tim Tanam Tuwuh di Buleleng akan memfokuskan pengajaran membaca dan bahasa Inggris di wilayah yang benar-benar membutuhkan bantuan.

“Nanti kita akan memperdayakan teman-teman guru yang ada di daerah tersebut. Nanti kita akan gaji teman-teman guru itu,” katanya, menunjukkan komitmen untuk memberdayakan sumber daya lokal. Bukan hanya mengirim guru dari luar, tapi juga membangun ekosistem pendidikan yang berkelanjutan di tingkat desa.

Terkait cakupan kegiatan, Tanam Tuwuh berencana menyasar sembilan titik strategis di seluruh kabupaten dan kota di Bali. “Kami akan fasilitasi nanti dari segi buku, LCD proyektor, dan juga guru. Jadi, cukup semeton atau masyarakat kami yang ada di sana mendatangkan anak-anaknya untuk belajar,” jelas perempuan yang juga mantan penyanyi Bali ini. Pendekatan ini sederhana tapi efektif, memanfaatkan apa yang sudah ada di masyarakat sambil menambahkan sentuhan dukungan dari komunitas.

Perjalanan Tanam Tuwuh sendiri sudah dimulai cukup lama, tepatnya satu tahun sebelum gelombang pemilu yang ramai. Namun, saat itu, komunitas ini lebih memilih bekerja di balik layar, tanpa sorotan media sosial yang berlebihan. “Sebelumnya Tanam Tuwuh sudah ada setahun yang lalu sebelum kegiatan pemilu, tapi kami tidak terlalu booming di media sosial karena kami berfokus pada yang membantu,” kata Diana, mengakui bahwa prioritas utama adalah aksi nyata, bukan publisitas.

Sebagai lulusan kedokteran yang lahir dan besar di Denpasar, Diana Putri merasa tergerak untuk memberikan dampak nyata bagi Bali. “Kami generasi muda, kami siap ngayah untuk Bumi Kami Bali Tercinta,” tegas ibu dari dua anak ini, menggunakan istilah Bali yang sarat makna untuk menggambarkan pengabdian tanpa pamrih. Hingga kini, Tanam Tuwuh telah membantu banyak anak, termasuk membagikan 70 paket alat belajar di Karangasem dan memberikan dukungan kepada anak asuh di Bangli. “Memang sedikit, tapi kami berfokus untuk menjaga mereka aja,” jelas Diana, menekankan pendekatan yang berkelanjutan daripada ekspansi cepat.

Komunitas ini tak berjalan sendirian. Didukung oleh sukarelawan setia, donatur dari dalam maupun luar negeri, serta relasi swasta dan pemerintah, Tanam Tuwuh kini semakin kokoh. Puncaknya, setelah resmi berbadan hukum sebagai yayasan, mereka siap bergerak lebih luas lagi. “Kami legal baru kemarin selesai, dapat uang langsung jalan bentuknya yayasan kami bernaung secara hukum yayasan,” tutup Diana dengan semangat yang menular.

Nama Ni Putu Diana Putri belakangan menjadi sorotan di kalangan politik muda Bali. Sebagai putri pertama dari Ketua DPC PDIP Badung sekaligus Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, ia menempati posisi strategis sebagai Wakil Ketua Bidang Industri, Perdagangan, BUMN, Investasi, Koperasi, dan UMKM di struktur DPC PDI Perjuangan Bali. Lahir di Denpasar pada 1 September 1997, Diana dikenal sebagai sosok muda yang aktif di berbagai bidang, mulai dari politik, sosial, hingga kewirausahaan.

Sebagai lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Diana Putri menunjukkan kiprah yang tidak hanya berfokus pada bidang akademik, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat. Ia menjadi ketua komunitas sosial bernama Tanam Tuwuh, yang bergerak di bidang lingkungan dan kesejahteraan sosial masyarakat Bali. Selain itu, Diana juga aktif dalam organisasi kepemudaan sebagai Manggala Utama Pasikian Yowana Bali, sebuah wadah generasi muda yang berperan dalam pelestarian budaya dan nilai-nilai kearifan lokal Bali.

Di luar aktivitas politik dan sosial, Diana Putri juga dikenal sebagai pengusaha muda dengan berbagai lini bisnis yang berkembang pesat di Bali. Melalui UD Amerta Diana, ia mengelola jasa laundry dan minimarket di wilayah Badung. Tak hanya itu, ia juga mengembangkan brand skincare D’Young Bodycare dan butik fashion Tag Boutique. Semua ini dikelola dengan tangan dingin, menunjukkan bagaimana Diana menyeimbangkan peran sebagai ibu, profesional, dan aktivis.

Diana merupakan anak dari pasangan I Nyoman Giri Prasta dan Ni Kadek Seniasih. Ia menikah dengan I Gede Rian Pradita, seorang anggota kepolisian, pada tahun 2022. Dengan latar belakang yang kaya ini, Diana Putri bukan hanya mewarisi nama besar ayahnya, tapi juga membangun legasi sendiri – melalui Tanam Tuwuh, ia membawa angin segar bagi pendidikan anak Bali, kesehatan balita, dan kesejahteraan sosial di seluruh pulau. Di masa depan, komunitas ini diharapkan terus tumbuh, seperti namanya yang berarti “menanam dan bertumbuh”, menyuburkan harapan bagi generasi mendatang.

***

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE