DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Meski belum memasuki tahapan kampanye untuk Pemilu 2024, berbagai alat pengenal diri para politisi telah bertebaran. Kondisi ini juga terjadi di Bali, khususnya di Kota Denpasar.
Kampanye ini tidak saja secara langsung, namun juga tersebar di sosial media. Berita politik juga sangat marak, tentang perkembangan politik yang tidak jarang mengundang rasa penasaran. Beranda-beranda sosmed dipenuhi promosi para caleg.
Menurut dokter jiwa, dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, kondisi ini juga dapat memicu stress terhadap masyarakat.
“Ini juga bisa memicu gangguan kecemasan, yang disebabkan berita politik Pilpres. Mungkin ini disebut dengan Election Related Stress Disorder,”ungkapnya Ketika dijumpai Rabu 25 Oktober 2023 di Denpasar.
Dia menyebut, Election Related Stress Disorder bukanlah istilah resmi di dalam gangguan kejiwaan. Namun istilah ini dipopulerkan oleh seorang psikolog Ketika Pemilu di Amerika Serikat pada tahun 2016.
Adapun sejumlah gejala yang identik dengan Election Related Stress Disorder, menurut dr. Rai Putra Wiguna. Pertama, kesulitan tidur karena khawatir dengan apa yang dibicarakan dalam berita-berita politik. Kedua, merasakan gejala piskomatis, atau gangguan Kesehatan fisik tanpa penyebab yang jelas. Serta ketiga, mengalami gangguan mental akibat berita seputar pemilu.
“Kita lihat pada Pemilu 2019 lalu, begitu banyak Masyarakat yang mengalami kecemasan. Kemudian sulit tidur, Cranky atau mudah marah, akhirnya bertengkar di sosmed, jwab-jawab komen,” ungkapnya.
Hal ini membuat seseorang sulit mengendalikan emosinya. Secara fisik, kondisi membuat seseorang mudah pegal, maag, sakit kepala yang dipicu oleh perubahan politis yang diikuti di sosmed,” ungkapnya.
Untuk itu dia mengingatkan Masyarakat mewaspadai gangguan jiwa dari fenomena politik menjelang pemilu 2024. Karena tidak banyak mereka yang memiliki gangguan kecemasan yang awalnya telah sembuh, berpotensi kambuh kembali ketika hanyut dalam pemberitaan politik yang sangat dinamis. ***