KARANGASEM, BALIKONTEN.COM – Program Culinary Journey, bagian dari pertukaran budaya tahunan Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture, yang dimulai di Jayapura pada 19 – 24 Juni 2023 serta Medan (24 – 27 Juni 2023), kini tiba di destinasi terakhirnya yaitu di Bali (28 Juni hingga 2 Juli 2023).
Menariknya program ini menampilkan budaya makan bersama yakni Magibung. Pada jaman kerajaan dulu, budaya ini dilakukan para raja bersama prajuritnya.
Salah satunya oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, sekitar tahun 1614 Çaka atau 1692 Masehi makan bersama para prajuritnya setelah ekspedisinya dalam menaklukkan raja-raja di Lombok.
Tradisi yang menumbuhkan rasa kebersamaan dengan mengesampingkan status sosial ini diteruskan hingga kini dan biasa dilakukan saat ada upacara adat dan keagamaan menjadi satu hal yang menghubungkan budaya Qatar dan Indonesia.
Chef I Wayan Kresna Yasa, chef asli Nusa Penida, Bali yang telah mengantongi lebih dari 1 dekade pengalaman bekerja di resto fine dining di negeri paman Sam kali ini menjadi pendamping Chef Noof Al Marri, Chef ternama Qatar dengan spesialisasi masakan lokal Timur Tengah dan Chef Hassan Abdullah Al Ibrahim “The Captain Chef” dari Qatar yang telah menjelajahi masakan restoran dan kaki lima di 175 kota di duniapada rangkaian Culinary Journey ini.
“Kerajaan Karangasem bangga dapat memperlihatkan tradisi Megibung yang terlahir dari kerajaan kami ke dunia melalui Culinary Journey, bagian dari pertukaran budaya tahunan Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture,” ucap Anak Agung Dewandra Djelantik, Pewaris Taman Soekasada Ujung yang merupakan bagian dari Kerajaan Karangasem di sela-sela Megibung di Taman Soekasada Ujung siang ini.
“Yang membuat tradisi Megibung ini berbeda adalah pada etika yang harus diperhatikan bahwa yang tertua yang membagikan makanan, sanitasi adalah penting karena kita harus cuci tangan terlebih dahulu dan tidak diperbolehkan adanya remah yang jatuh, tidak boleh mengambil porsi makanan orang lain juga dilarang meninggalkan kelompoknya hingga semua selesai,” tambahnya.
Menu Megibung yang disiapkan khusus ini adalah Jukut Kelor Me Liklik, Nasi Sele, Urab Paku Kacang Barak, Pelecing Kacang Panjang, Sate Lembat be Pasih, Be Siap Betutu, Urab Abian, Brengkes Oong serta Tempe Manis.
“Seluruh makanan yang disiapkan adalah hasil dari Mebat, cara membuat dan mengolah kuliner tradisional Bali yang menyertai tradisi Megibung, yang memulai pengolahan pada pukul 5 pagi tadi di Restoran Bali Asli,” jelas Chef Wayan.
Pilihan menu Megibung secara tradisional termasuk beberapa makanan non-halal, tetapi telah dimodifikasi karena perkembangan zaman agar juga dapat dikonsumsi oleh mereka yang mencari makanan halal.
“Setelah mencoba ragam kuliner dari Papua serta Medan, kini di kota ke-3 Culinary Journey kami diperkenalkan dengan tradisi makan bersama yang hampir mirip dengan tradisi kami. Tepat sekali dengan latar belakang Qatar-Indonesia 2023 Year of Culture, bahwa budaya adalah salah satu alat paling efektif untuk mendekatkan orang, mendorong dialog, dan memperdalam pemahaman antar bangsa. Disini dengan jelas kita dapat melihat banyaknya kesamaan antara Qatar-Indonesia,” kata Chef Noof.
Kecantikan Pulau Bali, juga memukau para chef yang akan terus menggali pemahaman antara negara dan masyarakatnya, budaya, makanan dan pengalaman kuliner.
Esok hari para chef akan mengunjungi Dapur Bali Mulia di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang menunya tergantung dengan ikan yang ditangkap oleh para nelayan maupun ketersediaan hasil bumi lainnya.
“Konsep resto yang menunya bergantung dengan kesediaan hasil bumi sedang naik pamor di dunia kuliner,” kata Chef Hassan dalam kunjungannya. “Tetapi yang amat menarik dari Dapur Bali Mulia ini adalah dimana sistem pembayarannya adalah berupa donasi. Hal ini amat baik untuk diaplikasikan di tempat-tempat lain guna membantu masyarakat sekitar,” ujarnya.
Para chef akan melanjutkan Culinary Journey di Bali dengan mengikuti beberapa aktivitas di Ubud Food Festival (UFF) seperti cooking demo dan diskusi panel pada 1 – 2 Juli 2023. (red)