13/11/2025

Viral Menteri Bahlil Minta Campurkan BBM dengan Etanol, Begini Dampak dan Pengertiannya

Viral Menteri Bahlil Minta Campurkan BBM dengan Etanol, Begini Dampak dan Pengertiannya

ilustrasi/ AI/ balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Sedang viral dan hangat di tengah masyarakat Indonesia terkait statemen Menteri ESDM Bahlil Lahadalia terkait BBM Pertamina yang akan dicampurkan dengan Etanol. Ia pun memberikan klaim bahwa campuran ini sangat aman dan sesuai dengan standar.

Namun benarkah demikian? Dalam artikel ini akan dirangkum dan dijelaskan terkait Etanol mulai dari pengertian hingga dampaknya bagi kendaraan jika ini dicampurkan. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, ada satu senyawa kimia yang sering kita temui tanpa sadar: etanol. Dari segelas bir dingin di akhir pekan hingga bahan bakar yang menggerakkan kendaraan, etanol telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Tapi, apa sebenarnya etanol itu? Bagaimana ia diproduksi, digunakan, dan apa dampaknya bagi kesehatan serta lingkungan? Mari kita telusuri lebih dalam senyawa ini, yang sering disebut sebagai alkohol etil, melalui lensa jurnalistik yang obyektif dan mendalam.

Pengertian dan Sifat Dasar Etanol

Etanol, atau yang dikenal secara ilmiah sebagai C₂H₅OH, adalah senyawa organik yang termasuk dalam kelompok alkohol. Ia berbentuk cairan bening, tidak berwarna, dengan aroma khas yang sedikit manis dan mudah menguap. Senyawa ini mudah terbakar, menghasilkan api biru yang hampir tak terlihat saat dibakar. Titik didihnya berada di sekitar 78°C, sementara titik leburnya mencapai -114°C, membuatnya tetap cair dalam suhu ruangan biasa.

Dari segi kimia, etanol adalah alkohol primer dengan gugus hidroksil (-OH) yang membuatnya polar dan mudah bercampur dengan air. Ini juga yang menyebabkan etanol higroskopis, artinya ia bisa menyerap kelembaban dari udara. Campuran etanol dengan air bahkan menghasilkan reaksi eksotermik, di mana panas dilepaskan saat keduanya bercampur. Sifat ini membuat etanol menjadi pelarut yang sangat efektif untuk berbagai zat, mulai dari pewarna hingga obat-obatan.

Sejarah Panjang Etanol dalam Peradaban Manusia

Jejak etanol dalam sejarah manusia bisa ditelusuri hingga ribuan tahun lalu. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa manusia prasejarah sudah mengenal fermentasi untuk menghasilkan minuman beralkohol sejak era Neolitik, sekitar 9000 tahun yang lalu di Cina utara. Proses ini, yang mengubah gula menjadi etanol melalui ragi, menjadi dasar pembuatan bir, anggur, dan minuman keras lainnya.

Pada abad ke-18, ilmuwan seperti Johan Tobias Lowitz berhasil memurnikan etanol absolut melalui penyaringan arang pada tahun 1796. Kemudian, Antoine Lavoisier menguraikan komposisi kimianya, dan pada 1808, Nicolas-Théodore de Saussure menetapkan rumus molekulnya. Sintesis etanol pertama kali dilakukan secara kimiawi pada 1826 oleh Henry Hennel dan S.G. Sérullas, diikuti oleh Michael Faraday yang menggunakan hidrasi etilena.

Di era industri, etanol sempat menjadi bahan bakar populer. Pada 1840, ia digunakan untuk lampu di Amerika Serikat, dan Henry Ford merancang Model T tahun 1908 agar bisa berjalan dengan etanol. Namun, pajak tinggi selama Perang Saudara Amerika membuatnya kurang ekonomis, hingga pajak dicabut pada 1906. Sayangnya, pelarangan minuman beralkohol pada 1920 di AS sempat menghambat perkembangannya karena tuduhan keterkaitan dengan produksi ilegal.

Proses Produksi Etanol: Dari Alam hingga Laboratorium

Produksi etanol bisa dilakukan melalui dua jalur utama: biologis dan kimiawi. Jalur biologis, yang paling umum untuk etanol makanan dan minuman, melibatkan fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme seperti ragi Saccharomyces cerevisiae. Bahan baku seperti tebu, bit gula, atau biji-bijian seperti jagung diolah menjadi gula, lalu difermentasi menjadi etanol dengan kadar hingga 15% sebelum ragi mati karena toksisitasnya sendiri. Proses ini juga menghasilkan karbon dioksida sebagai produk sampingan.

Untuk etanol industri, metode kimiawi lebih dominan, yaitu hidrasi etilena (C₂H₄ + H₂O → C₂H₅OH) dengan katalis asam seperti asam fosfat pada suhu tinggi. Metode ini pertama kali dikomersialkan oleh Shell Oil pada 1947. Etanol yang dihasilkan kemudian dimurnikan melalui distilasi fraksional, meskipun campuran dengan air membentuk azeotrop yang membatasi kemurnian hingga 96% tanpa proses tambahan seperti dehidrasi.

Di Indonesia, produksi etanol sering berbasis limbah organik seperti tetes tebu, yang difermentasi untuk bioetanol. Ini tidak hanya efisien tapi juga mendukung pemanfaatan limbah pertanian, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Beragam Penggunaan Etanol di Berbagai Sektor

Etanol adalah senyawa serbaguna yang menyentuh hampir setiap bidang kehidupan. Dalam industri farmasi, ia berfungsi sebagai pelarut utama untuk obat-obatan, membantu ekstraksi zat aktif dari tanaman. Di sektor kosmetik dan parfum, etanol melarutkan wewangian dan pewarna, memastikan produk tetap stabil dan mudah diaplikasikan.

Sebagai bahan bakar, etanol dicampur dengan bensin untuk membentuk gasohol, yang lebih ramah lingkungan karena mengurangi emisi karbon. Di AS, campuran E10 (10% etanol) sudah umum, sementara di Brasil, etanol dari tebu mendominasi pasar bahan bakar. Di Indonesia, Pertamina telah mengembangkan bahan bakar etanol untuk mendukung transisi energi hijau.

Tak ketinggalan, etanol adalah inti dari minuman beralkohol. Fermentasi gula dari buah atau biji-bijian menghasilkan bir, anggur, atau spirit seperti vodka. Selain itu, etanol digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan di bidang medis, efektif membunuh bakteri dan virus pada permukaan kulit.

Efek Etanol terhadap Kesehatan Manusia

Meski bermanfaat, etanol memiliki sisi gelap terkait kesehatan. Sebagai obat psikoaktif, konsumsi moderat bisa merelaksasi otot dan menstimulasi otak dengan menekan inhibisi. Namun, dosis tinggi mengganggu koordinasi, penilaian, dan bisa menyebabkan koma atau kematian. Etanol dimetabolisme di hati menjadi asetaldehida lalu asam asetat, dengan kecepatan sekitar 15 ml per jam, setara 100 kalori.

Konsumsi kronis berisiko menyebabkan kecanduan, atau alkoholisme, yang memengaruhi sistem saraf pusat. Ia juga mengganggu metabolisme lipoprotein, meningkatkan sintesis kolesterol, dan menurunkan produksi asam empedu serta fosfolipid. Paparan berlebih bisa merusak hati, menyebabkan sirosis, serta meningkatkan risiko kanker dan gangguan kardiovaskular. Di sisi lain, penggunaan medis seperti antiseptik justru aman jika diterapkan secara topikal.

Dampak Lingkungan dari Penggunaan Etanol

Etanol sering dipromosikan sebagai alternatif ramah lingkungan, terutama sebagai bioetanol dari tanaman terbarukan. Pembakarannya menghasilkan emisi karbon lebih rendah dibanding bensin fosil, membantu mengurangi gas rumah kaca. Namun, produksinya bukan tanpa cela. Penanaman bahan baku seperti jagung atau tebu bisa menyebabkan deforestasi, penggunaan air berlebih, dan pemakaian pupuk yang mencemari sungai.

Di sisi positif, bioetanol dari limbah organik seperti tetes tebu mengurangi sampah dan mendukung ekonomi sirkular. Secara keseluruhan, dampak lingkungan etanol bergantung pada metode produksi: biologis dari sumber berkelanjutan lebih baik daripada sintesis petrokimia yang bergantung pada etilena dari minyak bumi.

Dampak Campuran Etanol dengan BBM Pertamina pada Kendaraan

1. Kinerja Mesin

  • Positif: Etanol punya angka oktan tinggi (sekitar 108 RON), jadi kalau dicampur, bahan bakar jadi lebih tahan terhadap knocking (detonasi). Mesin bisa bekerja lebih halus dan efisien.

  • Negatif: Etanol punya energi per liter lebih rendah dibanding bensin, jadi tenaga dan konsumsi bahan bakar bisa sedikit turun (mobil terasa agak boros, walau perbedaannya kecil pada campuran rendah seperti E5 atau E10).

 2. Sifat Menarik Air (Higroskopis)

  • Etanol menyerap uap air dari udara, dan jika kadar air terlalu tinggi bisa menyebabkan korosi pada tangki bahan bakar, pompa, dan injektor terutama pada kendaraan lama.

  • Karena itu, kendaraan lama (produksi sebelum 2000-an) atau yang tidak didesain untuk E10 ke atas sebaiknya berhati-hati.

3. Komponen Karet & Plastik

  • Etanol bisa melunakkan atau merusak komponen karet, selang, dan gasket jika tidak tahan terhadap alkohol.

  • Kendaraan modern umumnya sudah memakai material “E10 compatible”, jadi aman untuk campuran etanol sampai 10% (E10).

  • Tapi motor atau mobil lama bisa mengalami kebocoran bahan bakar atau kerak di karburator kalau sering dipakai bahan bakar beretanol tinggi.

4. Emisi & Lingkungan

  • Campuran etanol menurunkan emisi karbon monoksida dan hidrokarbon karena pembakaran lebih bersih.

  • Jadi, lebih ramah lingkungan dibanding bensin murni — alasan utama pemerintah mendorong program BBN (Bahan Bakar Nabati) seperti E5, E10, hingga E20.

5. Efek pada Performa & Perawatan

  • Performa mesin sedikit berbeda: akselerasi bisa sedikit berubah karena nilai kalor etanol lebih rendah.

  • Filter bahan bakar perlu lebih sering dicek, sebab etanol bisa melarutkan endapan lama di tangki bensin.

  • Kalau kendaraan tidak sering dipakai, campuran etanol bisa memisah (fase separation) dan menimbulkan endapan air + etanol di dasar tangki.

Kesimpulan

Kadar EtanolUmumnya Aman UntukDampak Utama
E5 (5%)Semua kendaraan bensin modernHampir tidak terasa
E10 (10%)Mobil & motor tahun 2000-an ke atasSedikit lebih boros, tapi lebih ramah lingkungan
E20 ke atasHanya kendaraan “flex-fuel”Bisa berisiko untuk mesin biasa

Kesimpulan: Etanol di Masa Depan

Etanol terus berevolusi, dari senyawa kuno untuk pesta hingga solusi modern untuk energi berkelanjutan. Dengan produksi yang semakin efisien dan penggunaan yang beragam, ia menjanjikan masa depan yang lebih hijau, asal dikelola dengan bijak. Bagi pembaca yang penasaran, eksplorasi lebih lanjut tentang etanol bisa membuka wawasan baru tentang bagaimana satu molekul sederhana bisa memengaruhi dunia kita secara luas.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE