Denpasar, Balikonten.com – Identitas Bali yang juga dikenal sebagai Pulau Cinta ditangkap Morula sebagai peluang mengembangkan program bayi tabung. Ini juga sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan pariwisata kesehatan.
Hal itu diwujudkan dengan menghadirkan ruang informasi program bayi tabung di Rumah Sakit Bali Mandara, yang diresmikan pada Jumat (21/8). Diretur Utama Morula IVF Indonesia, dr. Ivan Rizal Sini SpOG mengatakan pihaknya akan mengembangkan program liburan kesuburan.
“Program ini sudah bisa dinikmati masyarakat, dengan harga Rp.18 juta. Program ini akan dipromosikan kepada pasangan yang baru menikah,” ujarnya, didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali.
Tentang program ini, pasutri akan menjalani liburan dengan tujuan berbulan madu di Bali. Perpaduan ini diyakini akan memaksimalkan kesehatan reproduksi pasangan suami istri.
Kata dia, perbedaan Morula tinimbang layanan lain adalah, kualitas pelayanan dan teknologi mengacu kepada standar layanan kesehatan di Australia. Memiliki pengalaman selama 22 tahun di dunia kesehatan, pihaknya terus menyempurnakan layanan kesehatan.
Kendati demikian, dia mengatakan Morula bukan di posisi sebagai pesaing dari layanan lain yang ada di Bali. Namun lebih kepada mengedepankan edukasi, karena dia menilai banyak masyarakat masih keliru memaknai program bayi tabung.
“Kami menerapkan Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A) atau pengujian genetik preimplantasi untuk aneuploidy. Dengan ini, kita bisa tahu apakah kromosom normal atau tidak. Kebetulan kita juga bisa tahu laki dan perempuan,” terangnya.
Dukungan Morula dalam mewujudkan pariwisata kesehatan di Bali diapresiasi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa. “Tentang pengembangan medical turism, permintaan layanan yang paling tinggi adalah bayi tabung, disusul kanker dan jantung,” ujarnya.
Tentang riset itu, dia mengatakan bahwa prevalensi infertilitas pasangan ruami istri usia subur di Indonesia mencapai 10 persen sampai 15 persen. Maka, dia menilai layanan ini menarik dikembangkan di Pulau Dewata. Program ini juga dapat disinergikan dengan program Pemprov Bali dalam memulihkan sektor pariwisata, sekaligus perekonomian Bali.
Dia menilai, banyak pasutri memilih berobat ke luar negeri. Sedangkan di dalam negeri sejatinya tidak kalah canggih. Itu menyebabkan devisa negara berkurang. Maka, dia menilai kondisi ini menjadi peluang bagi penyedia layanan kesehatan.
“Banyak devisa kita yang hilang. Ini salah satu segmen pasar, dilihat dari segi data kesehatan. Sepanjang layanan itu sejalan dengan norma, maka tidak ada persoalan,” imbuhnya. Saat itu, turut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya.
Dia yang juga Plt. Direktur Utama RSBM ini mengatakan, program bayi tabung bukanlah perdana di Bali. Di sejumlah rumah sakit pemerintah maupun swasta, program ini juga menjadi unggulan. Maka, dia berharap para penyedia program dapat bersinergi dalam mewujudkan pariwisata kesehatan.
“Ini sebenarnya lounge (ruang) informasi tentang bayi tabung. Bali sudah mengembangkan program bayi tabung. SDM juga sudah baik. Ya kami berhatap semua bisa berkerjasama,” tutupnya. (801)