BADUNG, BALIKONTEN.COM – Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (FKPPAI) merayakan hari jadinya yang ke-24 pada 5 Februari 2025. Tahun ini, perayaan berlangsung di Bali dan dipusatkan di Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung, dengan berbagai kegiatan yang mengangkat nilai-nilai budaya serta pengobatan alternatif.
Acara ini dihadiri oleh Ketua Umum FKPPAI, Ketua Dewan Pembina FKPPAI Pusat, Ketua DPD FKPPAI dari berbagai provinsi, serta para pendiri dan pini sepuh organisasi. Ketua DPD FKPPAI Bali yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia, Dr. dr. Anak Agung Gde Putra Wiraguna, menuturkan bahwa perayaan ini menjadi ajang mempererat persaudaraan sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya dan pengobatan tradisional kepada masyarakat luas.
Bakti Sosial dan Atraksi Budaya Meriahkan Acara
Sebagai bagian dari perayaan, FKPPAI menggelar bakti sosial (baksos) yang melibatkan puluhan anggota. Layanan pengobatan alternatif seperti terapi herbal, pemijatan tradisional, hingga pengobatan non-medis turut diberikan kepada masyarakat. Antusiasme tinggi terlihat dari peserta yang hadir, baik dari kalangan anggota maupun masyarakat umum yang ingin mengenal lebih jauh manfaat terapi alternatif.
Selain itu, perayaan HUT ini juga diramaikan dengan berbagai atraksi budaya, termasuk pentas seni khas Nusantara seperti pertunjukan Rangda Cilik, seni kanuragan, serta beragam tradisi lokal lainnya. Dalam kesempatan ini, FKPPAI juga memberikan penghargaan FKPPAI Award 2025 kepada tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam pelestarian budaya dan pengembangan penyembuhan alternatif di Indonesia.
Komitmen Pelestarian Budaya dan Penguatan Solidaritas
Dalam sambutannya, Putra Wiraguna menegaskan pentingnya memperkuat solidaritas di antara anggota FKPPAI, terutama dalam mengemban visi dan misi organisasi. Ia juga menyoroti peran FKPPAI sebagai pelopor pelestarian budaya serta pengobatan alternatif yang semakin diakui di Indonesia.
“Peran spiritual dan penyembuhan alternatif terus mendapat pengakuan. FKPPAI hadir sebagai wadah bagi para praktisi untuk berbagi ilmu dan pengalaman demi kesehatan bangsa,” ungkapnya.
Ia juga menekankan bahwa revolusi mental tidak berarti meninggalkan budaya leluhur. Sebaliknya, kekayaan budaya harus dijaga sebagai identitas bangsa. Dengan demikian, pengabdian anggota FKPPAI dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Peran Penting Pendiri dan Sinergi dengan Ilmu Pengetahuan
Ketua Umum FKPPAI, Ki Saung Rahsa, turut menegaskan bahwa kekompakan organisasi hingga usianya yang ke-24 tahun tidak lepas dari kontribusi para pendiri dan peran penting perempuan dalam menjaga eksistensi FKPPAI. Ia mengingatkan seluruh anggota untuk tetap berpegang pada nilai-nilai awal yang menjadi landasan terbentuknya organisasi ini.
“Tanpa peran para pendiri dan dukungan perempuan dalam organisasi, kita tidak akan bisa bertahan hingga saat ini,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina FKPPAI, Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Wiranto, S.H., S.IP., M.M., menyoroti pentingnya kontribusi FKPPAI dalam membangun peradaban yang sehat secara fisik dan mental. Ia mengapresiasi dedikasi para praktisi pengobatan tradisional yang bekerja dengan ketulusan, bahkan tanpa mengutamakan keuntungan pribadi.
“Saya banyak bertemu dengan penyembuh alternatif di berbagai daerah, mereka kadang hidup dalam keterbatasan. Namun, mereka tetap tulus membantu tanpa membebani pasien dengan biaya tinggi,” kata Wiranto dalam pidatonya.
Ia menekankan bahwa sinergi antara ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan semakin besarnya pengakuan terhadap pengobatan alternatif, FKPPAI diharapkan terus menjadi wadah bagi para praktisi untuk berbagi ilmu dan berkontribusi bagi kesehatan bangsa. ***