09/08/2025

Galungan dan Kuningan, Dua Hari Raya Hindu di Bali dengan Makna yang Berbeda

sejarah dan tujuan ngelawang tradisi saat galungan dan kuningan

Barong Bangkung yang menjadi ikon saat tradisi ngelawang digelar/ Balikonten

DENPASAR, BALIKONTEN.COM – Hari Raya Galungan merupakan salah satu hari raya penting bagi umat Hindu, yang dirayakan untuk memperingati penciptaan alam semesta serta kemenangan kebaikan (Dharma) atas kejahatan (Adharma). Biasanya dirayakan pada setiap 210 hari dalam kalender Bali, yang bertepatan dengan Wuku Dungulan. Tahun ini masyarakat Bali akan merayakan Galungan pada 23 April 2025.

Makna Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan memiliki makna yang sangat mendalam, yaitu sebagai perayaan kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan). Dalam perayaan ini, umat Hindu melakukan berbagai persembahyangan dan upacara sebagai bentuk rasa syukur dan pengingat untuk senantiasa menegakkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Bagi umat Hindu, hari raya ini tidak hanya sebagai perayaan semata tetapi juga sebagai sarana untuk menjaga keseimbangan spiritual dan moral dalam kehidupan.

Selain itu, Galungan juga menjadi momen untuk menghormati leluhur yang diyakini akan turun ke dunia untuk memberikan berkah kepada umat yang merayakannya. Dalam perspektif agama Hindu, kemenangan Dharma atas Adharma bukan hanya dalam skala sosial, tetapi juga dalam konteks pribadi, agar setiap individu dapat membawa kedamaian, kebahagiaan, dan ketenangan batin.

Sejarah Hari Raya Galungan

Sejarah Hari Raya Galungan berasal dari lontar Purana Bali Dwipa, yang mencatat bahwa perayaan Galungan pertama kali dilaksanakan pada hari Rabu Kliwon, wuku Dungulan. Pulau Bali pada masa itu digambarkan sebagai tempat penuh kedamaian, mirip dengan Indra Loka (kerajaan para dewa).

Kata “Galungan” berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “bertarung”, menggambarkan pertempuran antara kebaikan dan kejahatan. Walaupun istilah “Galungan” juga dikenal di Jawa, di Bali, istilah yang digunakan adalah “Dungulan”, namun maknanya tetap sama. Perayaan ini telah ada sejak lama dan terus berkembang sebagai salah satu hari raya terpenting dalam agama Hindu terutama di Bali.

Rangkaian Perayaan Hari Raya Galungan

Perayaan Galungan tidak hanya diperingati pada satu hari, tetapi melalui serangkaian upacara yang dimulai jauh sebelum hari raya utama. Berikut adalah rangkaian perayaan Galungan yang biasanya dilaksanakan oleh umat Hindu:

  1. Tumpek Wariga

Tumpek Wariga adalah hari pertama dalam rangkaian perayaan Galungan yang jatuh 25 hari sebelum Galungan. Pada hari tersebut, umat Hindu memberikan sesaji kepada tanaman atau tumbuh-tumbuhan sebagai bentuk rasa syukur terhadap alam dan doa agar tanaman tumbuh subur.

  1. Sugihan Jawa

Sugihan Jawa adalah perayaan yang dilaksanakan enam hari sebelum Galungan, yang bertujuan untuk membersihkan lingkungan luar (Bhuana Agung) dari segala hal negatif. Ini merupakan bagian dari persiapan spiritual untuk menyambut Galungan.

  1. Sugihan Bali

Sehari setelah Sugihan Jawa, umat Hindu melaksanakan Sugihan Bali yang dimana berfokus pada penyucian diri (Bhuana Alit). Ritual ini mencakup mandi dan memohon air suci untuk membersihkan jiwa dan raga.

  1. Hari Penyekeban

Penyekeban dirayakan tiga hari sebelum Galungan, yang mengajarkan umat untuk menahan diri dari godaan yang dapat mengganggu persiapan spiritual menuju Galungan.

  1. Hari Penyajan

Hari Penyajan, dua hari sebelum Galungan adalah hari di mana umat diuji oleh godaan Sang Bhuta Dungulan yang merupakan simbol dari kejahatan, untuk menguji sejauh mana mereka dapat menahan godaan dan tetap berpegang pada dharma.

  1. Hari Penampahan

Penampahan adalah hari sebelum Galungan, di mana umat Hindu mempersiapkan penjor di rumah masing-masing dan menyembelih babi sebagai simbol menyingkirkan sifat-sifat kebinatangan dan menghormati leluhur yang datang berkunjung.

  1. Hari Raya Galungan

Pada hari raya Galungan, umat Hindu melakukan persembahyangan di rumah dan pura untuk memohon perlindungan dari Sang Hyang Widhi. Tradisi pulang kampung juga umum dilakukan pada hari ini untuk beribadah bersama keluarga.

  1. Hari Umanis Galungan

Sehari setelah Galungan, umat Hindu merayakan Hari Umanis Galungan dengan Dharma Santi, saling mengunjungi keluarga, dan melanjutkan persembahyangan. Anak-anak biasanya melakukan tradisi Ngelawang, di mana mereka menarikan barong dari rumah ke rumah untuk membawa berkah.

  1. Hari Pemaridan Guru

Pada Sabtu Pon, hari Pemaridan Guru dirayakan untuk memohon berkah dan kebijaksanaan dalam kehidupan kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

  1. Ulihan

Pada Minggu Wage wuku Kuningan, umat Hindu merayakan Ulihan yang menandai kembalinya para leluhur ke kahyangan setelah memberikan berkah selama perayaan Galungan.

  1. Hari Pemacekan Agung

Pada Senin Kliwon, umat merayakan Hari Pemacekan Agung, yang merupakan simbol keteguhan iman umat Hindu dalam menghadapi godaan yang mungkin datang setelah Galungan.

  1. Hari Kuningan

Kuningan dirayakan sepuluh hari setelah Galungan. Pada hari raya Kuningan, umat Hindu menghaturkan sesaji khusus dan melakukan persembahyangan dengan warna kuning sebagai simbol kebahagiaan dan kesejahteraan.

  1. Hari Pegat Wakan

Perayaan berakhir pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang dengan Hari Pegat Wakan, yang menandai penutupan rangkaian perayaan dengan mencabut dan membakar penjor serta menanam abunya di pekarangan rumah.

Perbedaan Galungan dan Kuningan

Walaupun keduanya merupakan hari raya besar dalam agama Hindu, Galungan dan Kuningan memiliki makna dan fokus yang berbeda. Galungan lebih berfokus pada perayaan kemenangan Dharma atas Adharma, sedangkan Kuningan berfokus pada penghormatan kepada para leluhur dan dewa yang memberikan berkah selama perayaan Galungan.

Galungan dirayakan pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan, sementara Kuningan dirayakan sepuluh hari setelahnya pada Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Pada Galungan, Hindu mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik untuk menyambut hari raya. Sedangkan Kuningan lebih kepada ucapan terima kasih kepada para leluhur dan memohon perlindungan agar kehidupan tetap dalam kedamaian dan kesejahteraan.

Dengan memahami makna dan rangkaian perayaan Hari Raya Galungan serta perbedaannya dengan Kuningan, umat Hindu di Bali dan daerah lainnya dapat lebih mendalami nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam kedua perayaan besar ini.

***

 

 

IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS UNTUK INFORMASI LEBIH UPDATE

error: Content is protected !!