Denpasar, Balikonten.com – Di tengah pandemi Covid-19, Bali Muda Foundation tetap memasilitasi para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk berkreasi melalui menulis cerita anak yang dicetak menjadi buku.
Tahun ini, dari 10 karya yang diseleksi, akhirnya ada lima buku anak yang diterbitkan. Dari sembilan kabupaten/ kota, peserta guru di Kota Denpasar paling antusias, sedangkan Kabupaten Bangli nihil peserta.
Project Manager Bali Muda Foundation, Donnie Weda Dharmawan menyebutkan, pada tahap awa para guru mendapat pelatihan menulis buku cerita anak. Para guru yang diundang pun menyambut antusias karena baru kali ini ada workshop menulis cerita anak.
“Pelatihan yang detail dan sampai jadi buku. Antusiasme dan semangat mereka itu benar-benar di luar dugaan untuk ikut workshop ini,” ucapnya dalam jumpa pers di Balai Bahasa Provinsi Bali, Kamis (16/9/2021).
Dia menilai gerakan ini cukup penting, menging masih sedikit buku cerita anak yang mengedepankan kearidan lokal Bali relatif sedikit.
Donnie menambahkan rencana ke depan, pihaknya akan membuat lomba mendongeng terkait buku-buku yang telah diterbitkan ini.
“Kita akan audiensi ke bupati masing-masing kabupaten. Harapannya kita bisa terus adakan workshop ini. Terus konsisten, buku yang diterbitkan semakin banyak, dukungan juga semakin banyak,” imbuhnya.
Salah satu peserta yang lolos seleksi, Anida Fajriani amat bangga karena itu karya perdananya. “Karya ini sebagai bentuk keabadian. Cerita anak punya tantangan tersendiri,” ujar penulis buku “Buni dari Buana” itu.
Theresia Christiani penulis buku Riri Kenari mengatakan ia baru pertama kali membuat buku. Biasanya ia menulis di buletin tapi dalam bentuk cerita.
“Berkarya di tengah pandemi tidak jadi halangan bagi guru untuk terus berkarya. Bali Muda Foundation memotivasi cara menulis dengan sangat mudah dimengerti. Saya sangat terbantu,” jelasnya.
Made Adnyana penulis I Betung mengatakan menulis buku cerita anak adalah tantangan bagi guru Paud untuk membangun literasi bagi anak-anak.
“I Betung menceritakan seorang perajin bambu yang memang sangat diperlukan bagi kegiatan upacara keagamaan,” tuturnya.
Sedangkan Ni Putu Sugilastini penulis Pepi Pencari Padi berharap kedepan dirinya bisa terus berkarya, tentunya dengan dibimbing lagi oleh Bali Muda Foundation. Karena menulis beramai-ramai menurutnya lebih seru.
“Harapan saya masih bisa menulis ke depan, tentunya dengan teman-teman komunitas karena lebih seru,” pungkasnya. Donnie menambahkan pihaknya akan terus memberi pendampingan kepada para guru tersebut agar tetap produktif menulis. (red)